Bukan Virus Corona, Hal Tak Terduga Ini Yang Bikin Tingkat Kematian Akibat COVID-19 Tinggi
Getty Images
Health

Beberapa waktu belakangan para ahli kesehatan meyakini bukan virus Corona yang membunuh para pasien positif COVID-19, tetapi justru sistem kekebalan tubuhnya sendiri. Begini penjelasannya.

WowKeren - Tentu menjadi pertanyaan besar mengapa penyakit ini bisa "mendadak mematikan", mengingat pada awal-awal kemunculannya hanya 2-3 persen pasien COVID-19 yang sampai meninggal dunia. Berbagai penelitian digalakkan, dan baru-baru ini para pakar mengungkap suatu fakta mengejutkan.

Ahli medis di Irving Medical Center milik Universitas Columbia, Amerika Serikat, Behnood Bikdeli, menyebut kebanyakan para pasien COVID-19 bukan meninggal karena serangan virusnya. Mereka justru meninggal karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah.

"Semakin banyak kami meneliti spesimen, kami semakin yakin penyumbatan pembuluh darah lah yang paling bertanggung jawab," ujar Bikdeli, dilansir dari Science Magazine, Senin (20/4). "Penyumbatan pembuluh darah menjadi faktor utama semakin buruknya gejala klinis pasien, bahkan meningkatkan tingkat kematian penderita COVID-19."

Tentu menjadi pertanyaan besar mengapa situasi ini bisa terjadi, mengingat virus Corona seharusnya menyerang sistem pernapasan. Sebagai informasi, virus SARS-CoV-2 yang juga berkerabat dekat dengan penyebab SARS serta MERS ini menginfeksi sistem pernapasan bawah seperti paru-paru.

Namun para ahli kardiovaskular (bidang jantung dan pembuluh darah) baru-baru ini menduga virus sedikit banyak berpengaruh pada sistem peredaran darah manusia. Mereka menduga ada satu fase dimana virus menyebabkan keseimbangan kadar hormon individu berubah, sehingga mempengaruhi laju pengangkutan oksigen ke sistem pernapasan.


"Hormon yang mengatur tekanan darah serta mempersempit pembuluh darah dikacaukan, sehingga laju pengangkutan oksigen ke paru-paru terhambat," kata dokter spesialis paru-paru dari Stanford University School of Medicine, Joseph Levitt. "Ada satu dugaan, virus ini mempengaruhi sistem peredaran darah sehingga tingkat oksigen yang terangkut sampai ke paru-paru begitu rendah."

Lantas mengapa sistem peredaran darah ikut terpengaruhi oleh virus yang jelas-jelas menyerang sistem pernapasan ini? Selain karena dugaan virusnya yang memang "bermain" di sistem-sistem tubuh lain, keberadaan SARS-CoV-2 di dalam tubuh tentu memancing timbulnya reaksi kekebalan tubuh yang berkaitan dengan sistem peredaran darah.

Publik mengenal istilah "badai sitokin", yakni situasi ketika tubuh "dibanjiri" sitokin, senyawa yang bertanggung jawab dalam melindungi tubuh apabila ada serangan mikroba penyebab penyakit. Badai sitokin ini terjadi ketika sel darah putih berusaha mengalahkan virus-virus tersebut.

Lama-kelamaan kondisi ini akan menyebabkan inflamasi atau peradangan. Namun ketika sitokin dalam kondisi berlebih, sel darah putih selaku tentara di dalam tubuh justru berbalik menyerang jaringan-jaringan yang sehat.

Rangkaian proses kekebalan tubuh berlebih ini lah yang akhirnya menyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah yang kemudian bisa berujung fatal. "(Sesungguhnya) penyebab utama tingginya tingkat kematian COVID-19 adalah karena proses peradangan sebagai wujud respons kekebalan tubuh terhadap virus," pungkas dokter spesialis paru-paru dari Rumah Sakit Universitas Temple, Jamie Garfield.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru