Studi Inggris Sebut Orang Asia 3 Kali Lebih Rentan Meninggal Akibat COVID-19
Getty Images
Dunia

Analisis yang diterbitkan Wellcome Open Research ini menggunakan data NHS (National Health Service) dengan 16,272 pasien yang meninggal di rumah sakit di Inggris akibat COVID-19.

WowKeren - Menurut sebuah analisis baru dari University College London (UCL), orang Asia beserta kelompok-kelompok kulit hitam dan etnis minoritas (BAME) di Inggris berisiko dua hingga tiga kali lebih mungkin meninggal akibat virus corona (COVID-19) dibandingkan dengan populasi umum.

"Analisis ini menunjukkan kematian akibat COVID-19 secara proporsional lebih tinggi pada kelompok kulit hitam, Asia dan minoritas," kata Dr Delan Devakumar dari UCL, seperti dikutip dari Time pada Jumat (8/5).

Lebih lanjut, Dr Delan Devakumar mengatakan bahwa sangat penting mengatasi faktor-faktor risiko sosial dan ekonomi yang mendasari dan hambatan terhadap perawatan kesehatan yang mengarah pada kematian ini.

Analisis yang diterbitkan Wellcome Open Research ini menggunakan data NHS (National Health Service) dengan 16,272 pasien yang meninggal di rumah sakit di Inggris dan dinyatakan positif COVID-19 antara 1 Maret dan 21 April.

Data tersebut mengungkapkan risiko kematian sekitar 3,24 kali lebih tinggi untuk orang kulit hitam, 2,41 kali lebih tinggi untuk orang Bangladesh, 2,21 kali lebih tinggi untuk orang kulit hitam Karibia dan 1,7 kali lebih tinggi untuk orang India dibandingkan dengan populasi umum.


Untuk kelompok etnis, jumlah total kematian terbesar adalah orang India, dengan 492 kematian dari 16,272 pasien. Diketahui bahwa India adalah kelompok etnis minoritas tunggal terbesar di Inggris.

Bahkan di negara-negara dengan tingkat kematian yang lebih rendah, para peneliti juga menemukan kelompok BAME menghadapi tingkat kematian yang lebih tinggi daripada populasi lainnya.

Para ahli mengatakan, hambatan mengakses layanan kesehatan serta faktor-faktor risiko sosial dan ekonomi bisa menjadi alasannya. Mereka mungkin hidup dalam kondisi yang buruk dan lebih mungkin memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya seperti diabetes dan penyakit jantung, membuat mereka lebih rentan terhadap COVID-19.

Di sisi lain, Inggris sendiri kini menjadi negara kedua dengan tingkat kematian akibat COVID-19 tertinggi di dunia, berada di atas Italia. Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mendesak agar tidak membanding-bandingkan data pemerintah dengan statistik internasional yang ada selama ini.

Inggris diketahui telah melakukan berbagai cara untuk mengatasi jumlah kematian akibat corona. Salah satunya menginjeksi plasma darah dari pasien corona yang sembuh (konvalesen) kepada pasien corona yang parah. Metode penyembuhan dengan menginjeksi plasma itu, yang bertujuan membentuk antibodi melawan virus, dianggap berhasil menangani pasien pada kasus SARS selama 2002-2004.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait