Wabah Ebola Kembali Muncul Di Tengah Pandemi Corona, Kenali Gejala Dan Penyebarannya
Health

Belum selesai pandemi COVID-19, WHO baru saja mengumumkan jika wabah Ebola kembali muncul di Kongo. Lantas, bagaimana gejala dan penyebaran virus tersebut?

WowKeren - Pandemi virus corona (COVID-19) telah menciptakan krisis yang besar bagi masyarakat dunia, baik dari sektor kesehatan maupun ekonomi. Disaat pandemi belum berakhir, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru saja mengumumkan jika wabah Ebola kembali muncul di Republik Demokratik Kongo.

Wabah virus ebola kini menyebar di zona kesehatan Wangata, Mbandaka, Provinsi Equateur. Dilansir WHO, Kementerian Kesehatan Republik Demokratik Kongo mengumumkan ada enam kasus ebola yang ditemukan di Wangata. Empat di antaranya meninggal dunia dan dua kasus sedang dalam perawatan.

Penjelasan Virus Ebola

Virus Ebola

PA

Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola haemorrhagic fever merupakan penyakit dengan tingkat keparahan yang tinggi. Penyakit ini menginfeksi manusia dan primata, serta kerap berujung pada kematian.

Virus ebola termasuk dalam famili Filoviridae yang mencakup tiga kelompok, yaitu Cuevavirus, Marburgvirus, dan Ebolavirus. Dalam genus Ebolavirus, enam spesies ditemukan yaitu di Zaire, Bundibugyo, Sudan, Tai Forest, Reston, dan Bombali.

WHO menyebutkan jika angka mortalitas penyakit ebola berada pada kisaran 50 persen, tepatnya antara 25 hingga 90 persen. Ebola merupakan penyakit akut dan serius yang seringkali berakibat fatal jika tidak diobati dengan cepat.

Sejarah Ebola

Ebola pertama kali muncul pada 1976 dalam 2 wabah serentak. Satu di tempat yang berada di Nzara, Sudan Selatan, sedangkan yang lainnya di Yambuku, Republik Demokratik Kongo.

Berdasarkan laporan WHO, nama Ebola sendiri berasal dari sebuah sungai. Virus ini diketahui pertama kali muncul di sebuah desa di dekat Sungai Ebola.

Setelah itu, wabah Ebola tercatat menjadi yang terbesar pada 2014-2016 silam di Afrika Barat. Kala itu, wabah ini dimulai di Guinea dan kemudian pindah melintasi perbatasan darat ke Sierra Leone dan Liberia.

Transmisi Ebola

Kelelawar

Reuters

Seperti virus corona, ebola merupakan penyakit zoonosis yang ditransmisikan dari satwa liar. Para ilmuwan percaya bahwa inang dari virus ebola adalah kelelawar dari famili Pteropodidae, yakni jenis kelelawar pemakan buah.

Selain kelelawar, beberapa satwa liar yang menjadi inang ebola adalah landak, simpanse, gorila, monyet, dan antelop. Diyakini jika mayoritas penduduk Afrika yang terinfeksi ebola akibat menjalin kontak langsung dengan hewan yang ditemukan sakit atau mati di hutan setempat.

Virus ebola kemudian menyebar antar-manusia melalui kontak langsung dengan darah, sekresi, organ, atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi. Tak hanya kontak langsung, tetapi juga melalui benda mati yang terpapar cairan tubuh orang yang terinfeksi.

Berikut merupakan sejumlah penyebaran virus Ebola ke manusia berdasarkan penelitian:

1. Darah atau cairan tubuh seseorang yang sakit atau telah meninggal karena ebola.

2. Benda-benda (seperti pakaian, tempat tidur, jarum, dan peralatan medis) yang telah terkontaminasi dengan cairan tubuh (seperti darah, tinja, muntah) dari orang yang sakit dengan Ebola atau tubuh orang yang meninggal karena Ebola.

3. Kelelawar buah yang terinfeksi atau primata bukan manusia (seperti kera dan monyet).


4. Semen dari pria yang pulih dari Ebola (melalui seks oral, vagina, atau anal). Virus dapat tetap berada dalam cairan tubuh tertentu (termasuk air mani) pasien yang telah pulih dari Ebola, bahkan jika mereka tidak lagi memiliki gejala penyakit parah.

Banyak tenaga kesehatan di Afrika yang terinfeksi ebola karena menangani pasien tanpa alat pelindung diri (APD) yang lengkap. Wanita hamil yang terinfeksi dan sembuh dari ebola juga berpotensi menurunkan virus tersebut kepada bayi atau janinnya lewat ASI dan jaringan di dalam rahim.

Meski demikian, hingga saat ini masih belum ada bukti bahwa ebola dapat menyebar melalui hubungan seks atau kontak lain dengan cairan vagina dari seorang perempuan yang pernah mengalami virus ini. Selain itu, masih belum ada bukti juga jika nyamuk atau serangga lain dapat menularkan virus Ebola.

Gejala Ebola

Gejala Ebola

WHO menjelaskan periode inkubasi ebola memiliki interval antara dua hingga 21 hari. Seseorang yang terinfeksi virus ebola tidak bisa menularkan penyakitnya kepada orang lain sebelum ada gejala yang timbul.

Beberapa gejala penyakit ebola adalah demam, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Lima gejala utama tersebut kemudian diikuti dengan muntah-muntah, diare, ruam, hingga gejala kerusakan ginjal dan fungsi hati.

Dalam beberapa kasus, pendarahan internal dan eksternal (misal pendarahan pada gusi) bisa terjadi. Bahkan, ebola juga berpotensi membuat sel darah putih menjadi rendah serta peningkatan enzim hati.

Gejala ebola sendiri cukup sulit dibedakan dari beberapa penyakit lain seperti malaria dan tifus. Khususnya bagi ibu hamil yang punya kerentanan dan tingkat keparahan yang lebih tinggi dalam kasus ebola.

WHO sendiri telah merilis metode untuk mendiagnosis gejala ebola, khususnya bagi ibu hamil. Berikut merupakan beberapa metode yang sering digunakan:

1. Tes antibodi Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA).

2. Tes antigen.

3. Tes netralisasi serum.

4. Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

5. Mikroskopi elektron.

6. Isolasi virus melalui kultur sel.

Pengobatan dan Vaksin Ebola

Vaksin resmi untuk menyembuhkan ebola hingga saat ini masih belum ditemukan. Akibatnya, pasien yang menderita penyakit ebola harus mendapat perawatan medis. Hal ini dilakukan lewat pemasangan infus dan tata laksana sesuai gejala yang ada.

Sejauh ini masih belum ada pengobatan spesifik untuk penderita ebola. Namun, ada beberapa perawatan potensial seperti terapi imun, sel darah, dan obat yang tengah dievaluasi.

Sementara itu, vaksin eksperimental ebola telah dikembangkan di Guinea. Vaksin bernama rVSV-ZEBOV itu diuji kepada 11.841 orang. Dari 5.837 orang yang menerima vaksin, tidak ada kasus ebola ditemukan selama 10 hari dan setelahnya.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait