Perdagangan Manusia di AS Dilaporkan Meningkat Selama Pandemi Virus Corona
Reuters
Dunia

Jumlah warga yang menghubungi nomor darurat untuk meminta bantuan di AS meningkat dua kali lipat sebagai dampak ekonomi dan sosial akibat pandemi virus corona.

WowKeren - Praktik perdagangan manusia di Amerika Serikat selama pandemi virus corona (COVID-19) mengalami peningkatan. Menurut informasi dari grup aktivis anti-perdagangan manusia, Polaris, jumlah korban perdagangan manusia yang menghubungi nomor darurat untuk menyelamatkan diri serta mencari tempat tinggal, meningkat drastis selama karantina COVID-19.

Polaris menjelaskan dampak ekonomi dan sosial akibat pandemi menciptakan kondisi seseorang rentan menjadi korban perdagangan manusia. COVID-19 yang mulai mewabah di AS pada pertengahan Maret mau tak mau menutup sektor usaha serta menyebabkan jutaan warga kehilangan pekerjaan.

Dilansir dari Al Jazeera pada Rabu (17/6), kelompok aktivis Polaris mengatakan jumlah warga yang menghubungi nomor darurat untuk mencari tempat tinggal darurat meningkat dua kali lipat dari 29 orang pada Maret jadi 54 orang pada April. Polaris khawatir temuannya itu kemungkinan terkait dengan dampak wabah. Kendati demikian, kelompok aktivis itu tidak memastikan tingginya jumlah orang yang mencari tempat tinggal darurat itu disebabkan oleh COVID-19.


"Perdagangan orang untuk prostitusi dan kerja paksa tidak terjadi dalam ruang hampa, melainkan itu merupakan produk akhir dari rangkaian persoalan, pemiskinan dan kesenjangan sistemik, beberapa di antaranya," kata Nancy McGuireChoi selaku kepala eksekutif Polaris.

"Gejolak ekonomi, (menyebabkan) fakta banyak korban terjebak dengan pelaku kekerasan, kondisi sulit yang mereka hadapi, merupakan faktor yang menyebabkan perdagangan orang tumbuh subur," lanjut McGuireChoi menambahkan.

Polaris juga menyinggung soal perekonomian dunia yang kemungkinan melambat sampai 3,2 persen tahun ini karena karantina di berbagai negara, sebagaimana yang diprediksi lebih dari 250 ekonom. Dengan kondisi ini, setidaknya ada 400 ribu orang di Amerika Serikat diyakini terjebak dalam praktik perbudakan modern, di antaranya termasuk pekerja prostitusi paksa dan buruh paksa, demikian keterangan Walk Free Foundation, aktivis hak asasi manusia di AS.

Bukan hanya itu saja, Organisasi Buruh Internasional (ILO) juga memprediksi pada tingkatan global 16 juta orang kemungkinan terjebak dalam praktik kerja paksa dan perdagangan manusia.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru