Terbukti Tak Efektif, WHO Hentikan Uji Coba Obat Malaria Hidroksiklorokuin untuk Pengobatan Corona
Health

Keputusan WHO untuk menghentikan uji coba ini dikeluarkan setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) resmi menghentikan izin edar hydroxychloroquine untuk obat corona.

WowKeren - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menghentikan uji coba hydroxychloroquine sebagai obat bagi pasien penyakit akibat virus corona (COVID-19). Perwakilan Program Kesehatan Darurat WHO, Ana Maria Henao Restrepo, mengatakan bahwa keputusan ini diambil setelah uji coba pihaknya menunjukkan penggunaan hydroxychloroquine tak mengurangi tingkat kematian pasien COVID-19.

"Setelah berbagai pertimbangan, mereka menyimpulkan bahwa hydroxychloroquine akan dihentikan dari program percobaan," ujar Restrepo. Meski demikian, Restrepo menegaskan bahwa keputusan WHO ini bukan rekomendasi resmi bagi pihak lain.

Sementara itu, keputusan WHO untuk menghentikan uji coba hydroxychloroquine sebagai obat COVID-19 ini dikeluarkan setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) resmi menghentikan izin edar dan penggunaan obat malaria tersebut. Dalam sebuah pernyataan resmi, FDA mengatakan izin darurat dicabut karena kedua obat itu dianggap tidak menunjukkan efektivitas bagi pasien yang dirawat karena terinfeksi virus corona di AS.

FDA bahkan menuliskan bahwa muncul laporan bahwa dalam uji klinis skala massal ada kasus gagal jantung dan dampak kesehatan serius lainnya setelah mengonsumsi obat malaria hydroxychloroquine dan chloroquine. Data terbaru dari uji coba acak yang dilakukan terhadap pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit di AS menunjukkan penggunaan hydroxychloroquine tidak menunjukkan hasil dalam mengurangi kemungkinan kematian maupun mempercepat proses penyembuhan.


Sementara itu, sebelumnya pada 25 Mei lalu WHO juga lebih dulu melarang penggunaan hydrxychloroquine sebagai pengobatan virus corona karena kekhawatiran atas keselamatan pasien.

Penghentian itu terjadi setelah studi medis pada bulan Mei mengatakan obat itu dapat meningkatkan risiko pasien meninggal akibat COVID-19. Pada pekan lalu, kajian yang dimuat jurnal ilmiah, Lancet, menyebutkan penanganan para pasien COVID-19 dengan obat antimalaria hydroxychloroquine sama sekali tidak ada manfaatnya. Kemudian WHO mengatakan hydroxychloroquine akan dihapus dari uji coba tersebut sambil menunggu penilaian terhadap aspek keamanan.

Hydroxychloroquine diklaim aman bagi pasien malaria, serta pasien lupus atau arthritis, namun tidak ada uji klinis yang merekomendasikan hidroksiklorokuin bagi pasien yang terjangkit virus corona. Kajian terbaru melibatkan 96 ribu pasien COVID-19. Dari jumlah itu, hampir 15 ribu di antara mereka diberikan hydroxychloroquine, baik sebagai obat tunggal maupun dengan didampingi antibiotik.

Hasil kajian menyebutkan bahwa para pasien yang meninggal di rumah sakit dan mengalami komplikasi detak jantung adalah mereka yang mengonsumsi hydroxychloroquine. Tingkat kematian antara kelompok pasien COVID-19 sebagai berikut: hydroxychloroquine 18%; chloroquine 16,4%, pasien-pasien yang tidak mengonsumsi hydroxychloroquine dan chloroquine 9%.

Pemakaian hydroxychloroquine dan chloroquine juga tak lepas dari kontroversi, terlebih setelah Presiden AS Donald Trump mendesak penggunaannya secara massal untuk pasien COVID-19 pada Maret lalu. Trump bahkan mengklaim jika ia secara rutin mengonsumsi hydroxychloroquine untuk terhindari dari virus corona.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait