Kepala Suku Terkenal di Amazon Meninggal Akibat Terpapar COVID-19
Reuters/Ueslei Marcelino
Dunia

Paulinjo Paiakan yang berusia sekitar 65 tahun merupakan Kepala Suku Kayapo. Asosiasi Masyarakat Adat Brasil (APIB) menyebut Paiakan sebagai sosok 'ayah, pemimpin, dan pejuang' bagi masyarakat adat dan lingkungan.

WowKeren - Salah seorang pembela hutan hujan Amazon, yakni kepala suku bernama Paulinjo Paiakan, meninggal dunia usai terpapar virus corona (COVID-19). Paiakan dilaporkan meninggal di rumah sakit di Kota Redencao, Brasil Utara, pada Selasa (16/6).

Sosok Paikan sendiri terkenal karena memimpin proyek hidroelektrik Belo Monte pada tahun 1980-an. Kabar duka ini disampaikan oleh pendiri kelompok lingkungan Planet Amazon, Gert-Peter Bruch.

"Sepanjang hidupnya ia bekerja untuk membangun aliansi masyarakat adat di seluruh dunia untuk menyelamatkan Amazon," terang Burch dilansir AFP pada Kamis (18/6). "Kami telah kehilangan seseorang yang sangat berharga."

Paiakan yang telah berusia sekitar 65 tahun merupakan Kepala Suku Kayapo. Asosiasi Masyarakat Adat Brasil (APIB) menyebut Paiakan sebagai sosok "ayah, pemimpin, dan pejuang" bagi masyarakat adat dan lingkungan.


Sebelumnya, Paiakan mendapat pengakuan internasional usai memimpin perjuangan melawan perusakan lingkungan yang disebabkan oleh Belo Monte, sebuah kompleks bendungan yang luas di Amazon Brasil. Paiakan juga diketahui telah menjalin aliansi dengan kelompok-kelompok adat lain, aktivis internasi, hingga pendukung selebriti.

Pria tersebut juga menjadi pemimpin utama pertemuan Altamira. Pertemuan Altamira merupakan sebuah konferensi tahun 1989 yang menggalang oposisi terhadap proyek Belo Monte.

Gerakan Paiakan ini lantas membantu meyakinkan Bank Dunia untuk menarik dana bagi Belo Monte. Meski demikian, proyek ini akhirnya tetap berjalan pada tahun 2011 silam.

Reputasi Paiakan sempat ternoda karena ia sempat dituduh memperkosa seorang siswa kulit putih pada 1992 silam. Dia dibebaskan pada tahun 1994, tetapi dihukum 4 tahun kemudian dalam persidangan kedua. Ia pun menjalani sebagian dari hukuman enam tahun di bawah tahanan rumah atas reservasi pribumi.

Para sekutu Paiakan sendiri kala itu bersikeras bahwa kasus pelecehan seksual tersebut hanya dibuat-buat untuk melemahkan kekuatan politiknya yang sedang tumbuh. Pada saat itu, KTT Bumi PBB tengah diadakan di Rio de Janeiro dan Paiakan sendiri disebut-sebut sebagai calon penerima Nobel Perdamaian.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait