Kasus COVID-19 Global Tembus 9 Juta, Para Pakar Tak Bisa Prediksi Kondisi di Masa Depan
Yonhap
Dunia

Lockdown dan juga sejumlah pembatasan lain untuk menekan penyebaran COVID-19 sudah mulai dilonggarkan di berbagai negara. Padahal angka infeksi harian masih terbilang cukup tinggi.

WowKeren - Pandemi corona telah melanda dunia dalam 6 bulan terakhir dan kini sudah menjangkit lebih dari 9 juta orang. Angka infeksi global COVID-19 pun disebut terus meningkat.

Menurut Johns Hopkins University di Ameika Serikat, jumlah pasien COVID-19 baru mencapai rekor tertinggi pada Juni 2020. Sementara itu, WHO melaporkan 85 ribu kasus COVID-19 di 2 bulan pertama pandemi. Namun dalam 2 bulan terakhir, angka tersebut menjadi 6 juta kasus.

Tak hanya itu, Beijing, Tiongkok kini kembali mengalami lonjakan kasus COVID- 19 di bulan ini. Padahal sebelumnya Tiongkok telah berhasil menangani pandemi dengan menerapkan lockdown dan menjaga perbatasan.

Hal ini rupanya membuat epidemiolog dan pakar-pakar lainnya di bidang pengendalian penyakit merasa pesimis. Melansir South China Morning Post, para pakar enggan memprediksi apakah apakah infeksi global akan memuncak dan kemudian menurun, atau apakah lonjakan atau bahkan gelombang kedua akan terjadi di bulan-bulan mendatang.


"Dalam 6 bulan ke depan, jumlah kasus (COVID-19) bisa sama dengan yang telah terjadi di 6 bulan pertama, atau bahkan lebih," tutur profesor kehormatan di Sekolah Kependudukan dan Kesehatan Global Universitas Melbourne, John Mathews. "Itu tergantung pada seberapa responsif masyarakat dan seberapa responsif pemerintah."

Sementara itu, Direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular di University of Minnesota, Michael Osterholm, menyampaikan penilaiannya secara lebih blak-blakan. Osterholm menyatakan bahwa orang-orang harus sadar bahwa kini dunia baru berada di tahap awal proses yang diperlukan dalam menghentikan pandemi.

"Dunia perlu bangun dan memahami bahwa pandemi sebelumnya sering membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk sepenuhnya bergulir melalui siklus mereka," tegas Osterholm. "Jadi mengapa mereka masih berpikir ini (pandemi corona) adalah pengalaman 4 bulan?"

Meski demikian, lockdown dan juga sejumlah pembatasan lain untuk menekan penyebaran COVID-19 sudah mulai dilonggarkan di berbagai negara. Padahal angka infeksi harian masih terbilang cukup tinggi.

"Keputusan untuk kembali membuka (pembatasan) ini bersifat ekonomi, yang memiliki dampak besar pada kesehatan masyarakat," jelas asisten profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock, Universitas Nasional Singapura, Hannah Clapham. "Tetapi di tempat lain ini adalah pilihan antara dampak kesehatan COVID-19 dan masalah yang disebabkan oleh adanya lockdown, seperti kurangnya akses ke makanan, obat-obatan yang diperlukan dan perawatan kesehatan lainnya."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru