Aktivitas Gempa RI Meningkat 11.000 kali Tiap Tahun, BMKG Kaji Kemungkinan Penyebabnya
Pixabay
Nasional

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Prof Dwikorita Karnawati mengungkap kemungkinan peningkatan aktivitas tektonik berkaitan dengan perubahan iklim.

WowKeren - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat peningkatan signifikan terkait aktivitas kegempaan di Indonesia. Terutama dalam waktu tiga tahun terakhir.

Sebelum tahun 2016, rata-rata gempa yang terjadi sebanyak 4.000-5.000 kali. Lalu pada 2017 meningkat sebanyak 7.000. Namun sejak 2018 hingga kini meningkat 11 ribu kali lebih setiap tahun.

Kepala BMKG, Prof Dwikorita Karnawati, mengatakan jika penyebab peningkatan aktivitas gempa yang signifikan ini belum diketahui secara pasti. Untuk menganalisa penyebab ini perlu dilakukan kajian secara mendalam.

"Apakah ini tren pengulangan atau memang ada peningkatan," kata Dwikorita. "Sehingga perlu dievaluasi dengan dukungan data dan kerja sama banyak pihak."


Ia pun mengungkap kemungkinan peningkatan aktivitas tektonik berkaitan dengan perubahan iklim. Sementara itu, data yang dimiliki BMKG terkait catatan gempa masa lalu menurutnya terbatas, hanya pada kejadian kegempaan selama dua abad terakhir. Terkait peningkatan aktivitas gempa ini, BMKG sudah melaporkannya ke Presiden Joko Widodo.

Sementara itu, untuk alat pendeteksi tsunami, apa yang dimiliki BMKG sudah tak layak pakai. Sebab, usia alat tersebut sudah lebih dari batas maksimal, 10 tahun. Tak cukup sampai di situ, keterbatasan alat tersebut juga terletak pada kemampuannya yang hanya mendeteksi gempa aktivitas tektonik. Sedangkan untuk gempa yang diakibatkan oleh longsor bawah laut belum mampu terdeteksi.

"Teknologi yang ada sampai hari ini didesain berdasarkan bencana tsunami di Aceh yang diakibatkan kejadian gempa tektonik," lanjut Dwikorita. "Namun untuk kejadian gempa nontektonik, sistem itu tidak dirancang."

Seperti misalnya tsunami yang terjadi di Banten beberapa waktu lalu. Tsunami ini datang tanpa terdeteksi oleh alat BMKG lantaran bukan disebabkan karena aktivitas tektonik, melainkan erupsi Gunung Krakatau yang memicu terjadinya longsoran bawah laut.

BMKG sebelumnya mengungkap jika wilayah perairan Indonesia menyimpan potensi tsunami non tektonik yang cukup besar. Namun sayangnya hingga kini, kajian yang membahas keterkaitan potensi longsoran dasar laut dengan bahaya tsunami masih belum banyak.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait