KBRI: Belum Ada Bukti Keterlibatan WNI di Ledakan Filipina
Dunia

Sebelumnya, insiden ledakan yang terjadi di Jolo, Filipina, itu dituding disebabkan oleh seorang Warga Negara Indonesia yang menjadi otak di balik bom bunuh diri tersebut.

WowKeren - Dua ledakan dahsyat yang terjadi di Jolo, Filipina, pada Senin (24/8) lalu dituding disebabkan oleh seorang WNI yang menjadi otak di balik bom bunuh diri tersebut. Kini, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Manila, Filipina menyatakan belum ada konfirmasi keterlibatan WNI sebagai pelaku bom bunuh diri di Jolo itu.

"Sejauh ini belum ada konfirmasi resmi otoritas Filipina mengenai keterlibatan WNI dalam kejadian tersebut," ujar staf KBRI Filipina, Freddy, sebagaimana dikutip dari CNN.

Sebelumnya ABS-CBN News melaporkan salah satu dari dua pelaku bom bunuh diri itu adalah warga Indonesia. Kamis (27/8), militer Filipina mengungkap identitas dua wanita terduga pelaku, mereka merupakan warga lokal.

Komandan Angkatan Darat Filipina, Letjen Cirilito Sobejana, menduga dua wanita pelaku bom bunuh diri itu dimotivasi oleh pemimpin Abu Sayyaf Mundi Sawadjaan.

Dua insiden ledakan di Jolo menyebabkan 15 orang tewas dan 75 luka-luka. Dari para korban tersebut beberapa di antaranya merupakan tentara dan aparat kepolisian.


Ledakan yang pertama terjadi di alun-alun kota Pulau Jolo. Bom meledak di depan Paradise Food Plaza di sebuah desa bernama Walled City di pusat kota. Ledakan ini menewaskan 5 orang tentara dan 4 warga sipil.

Lalu ledakan kedua terjadi di dekat Katedral Our Lady of Mount Carmel. Akibat ledakan ini, seorang tentara dan perempuan yang diduga pelaku bom bunuh diri tewas. Berdasarkan hasil identifikasi awal, terduga pelaku memasang alat peledak rakitan di sepeda motor.

Kepala polisi di Daerah Otonomi Bangsamoro di Muslim Mindanao, termasuk Jolo, Jenderal Manuel Abu, menduga jika bom pertama sengaja diledakkan untuk tujuan khusus. Yakni untuk memancing pihak berwenang untuk datang ke area target.

Usai rentetan serangan bom itu, angkatan bersenjata Filipina mendesak pemerintah untuk kembali menerapkan status darurat militer. Serangan Senin kemarin itu dinilai yang cukup mematikan, sejak bom bunuh diri di sebuah gereja di Jolo pada Januari 2019 yang menewaskan 20 orang dan melukai sekitar seratus orang.

Sobejana menilai dengan menerapkan darurat militer, mereka yakin bisa membawa kehidupan kembali normal dan mengendalikan pergerakan teroris.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait