Jokowi 'Pesimis' dan Akui Indonesia Bisa Resesi Usai September, Bakal Selamat Kalau Lakukan Ini
Nasional

Presiden Joko Widodo blak-blakan soal risiko Indonesia masuk ke jurang resesi seperti beberapa negara lain apabila ekonomi tak bisa diselamatkan maksimal bulan September.

WowKeren - Indonesia saat ini dihadapkan pada ancaman masuk ke jurang resesi. Pasalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II 2020 kemarin mencapai minus 5,3 persen. Sehingga bila kembali anjlok sampai level minus maka Indonesia masuk ke jurang resesi.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengungkap risiko besar Indonesia masuk ke jurang resesi tersebut. Dan belum lama ini, Presiden Joko Widodo juga mengungkap risiko yang sama.

Jokowi secara tersirat meminta publik bersiap menghadapi resesi apabila ekonomi Kuartal III 2020 tidak bisa terselamatkan. Namun demikian Indonesia masih memiliki kesempatan untuk "kabur" dari risiko resesi itu pada bulan September 2020.

"Untuk itu, Kuartal III 2020 yang kami masih punya waktu satu bulan, Juli, Agustus, September 2020," jelas Jokowi dalam video konferensi, Selasa (1/9). "Kami masih punya kesempatan di September 2020. Kalau masih berada pada posisi minus, artinya Indonesia masuk resesi."

"Kuartal I 2020 Indonesia masih tumbuh 2,97 persen, negara lain sudah minus. Tapi Kuartal II 2020 Indonesia posisinya minus 5,3 persen," imbuh sang kepala negara, dilansir dari CNN Indonesia.


Oleh karena itulah Jokowi memberikan pekerjaan besar dan mendesak bagi setiap kepala daerah. Yakni untuk mempercepat penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), terutama yang berkaitan dengan belanja barang, belanja modal, dan belanja bantuan sosial (bansos).

"Ini betul-betul disegerakan," tegas mantan Gubernur DKI Jakarta itu. "Sehingga bisa meningkatkan konsumsi masyarakat dan memulihkan ekonomi daerah."

Jokowi pun menyoroti sejumlah daerah yang menurutnya belum membelanjakan APBD-nya dengan semaksimal mungkin. Sejauh ini, imbuh Jokowi, baru DKI Jakarta yang sudah menyerap APBD dengan cukup tinggi, yakni mencapai realisasi 78 persen untuk anggaran belanja barang dan jasa serta 92 persen untuk modal usaha.

"Yang lain-lain saya kira tolong terutama yang masih 15 persen, 10 persen, bansos masih nol persen. Itu betul-betul dilihat benar angka-angka ini," tutur Jokowi.

Pada kesempatan yang sama, Jokowi juga menyoroti beberapa daerah yang pertumbuhan ekonominya terkontraksi. Seperti misalnya Bali yang sampai minus 10,98 persen dan tak lepas dari potensi pariwisata daerahnya yang mati selama pandemi COVID-19.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait