Menlu Retno Akui Pandemi COVID-19 Tingkatkan Kekhawatiran Geopolitik
Instagram/retno_marsudi
Dunia

Salah satu tren yang sukses memicu kekhawatiran adalah meningkatnya rivalitas antara dua negara adidaya, Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, dalam berbagai front

WowKeren - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan jika pandemi COVID-19 turut andil dalam memunculkan tren-tren mengkhawatirkan dalam hubungan internasional dan geopolitik. Ia menyebut jika tren geopolitik yang mengkhawatirkan ini sebelumnya sudah ada sebelum pandemi COVID-19 merebak.

"Sejumlah tren geopolitik yang mengkhawatirkan telah dibahas. Beberapa telah ada sebelum pandemi (COVID-19)," kata Retno dalam pidato pembukaan Jakarta Geopolitical Forum (JGF) IV/2020, Rabu (21/10). "Dan diperparah lebih jauh oleh pandemi dan menjadi perhatian karenanya."

Salah satu tren yang sukses memicu kekhawatiran adalah meningkatnya rivalitas antara dua negara adidaya, Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, dalam berbagai front. Alih-alih berkurang, ketegangan antara Beijing dan Washington justru kian meningkat di tengah pandemi.

Hal itu terjadi melalui retorika permusuhan dan tindakan-tindakan yang memancing eskalasi. Yang mana, rivalitas ini turut membawa negara-negara kecil terutama yang ada di kawasan Asia Tenggara-Indo Pasifik menjadi terjebak di tengah-tengah konflik.


Menlu juga menyoroti tren menurunnya kepercayaan masyarakat internasional dan negara-negara terhadap multilateralisme. "Selama bertahun-tahun, PBB telah dituduh tidak efektif, pekerjaannya terhambat oleh power politics antara anggota-anggotanya," kata Retno.

Retno menyebut jika PBB bahkan mulai mengalami kesulitan dalam menanggapi tantangan global yang semakin kompleks. Begitu juga dengan tuntutan untuk segera menghasilkan hasil konkret dengan penanganan yang segera.

"Secara keseluruhan PBB semakin kesulitan untuk menanggapi secara efektif tantangan global yang semakin kompleks," lanjut Retno. "Dan harapan yang tinggi untuk menghasilkan hasil yang konkret dengan segera."

Lalu kemudian, ia juga menyoroti meningkatnya populisme, nasionalisme ekstrem, dan xenofobia yang semakin nyata di tengah pandemi virus corona. Hal ini dapat dilihat dari negara-negara yang berpaling menolak untuk menerima imigran karena pandemi. Akibat negara-negara mulai mementingkan kepentingannya sendiri, mendorong potensi munculnya nasionalisme vaksin.

Retno menilai jika persoalan-persoalan semacam ini perlu koordinasi bersama dari negara-negara. "Tren-tren mengkhawatirkan yang saya sebutkan tadi berpotensi untuk bertahan jika kita tidak mengakhirinya," imbuhnya.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait