Hampir Seribu Nakes Gugur Saat Bertugas, COVID-19 Jenis Baru Diprediksi Bakal Melandai Pada Juli
pixabay.com
Nasional

Hampir seribu nakes gugur akibat COVID-19 selama pandemi ini berlangsung di Indonesia. Meski demikian, Satgas COVID-19 memprediksi bahwa kasus jenis baru bisa melandai di bulan Juli mendatang.

WowKeren - Lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi belakangan ini, telah membuat sejumlah tenaga kesehatan (nakes) gugur saat bertugas. Adapun nakes yang gugur itu berasal dari sejumlah daerah di Indonesia, khususnya yang mengalami lonjakan COVID-19.

Selama pandemi COVID-19, tercatat hampir seribu nakes yang gugur saat bertugas menangani para pasien yang terinfeksi. Jumlah nakes itu terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan, rekam radiologi, terapis gigi, petugas ambulans, ahli teknologi lab medik, tenaga farmasi, apoteker, sanitarian, elektromedik, fisikawan medik, epidemiolog, entomolog kesehatan, dan nakes lainnya.

Banyaknya nakes yang gugur saat bertugas mendapat tanggapan dari Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Budi mengaku sedih atas meninggalnya para nakes tersebut. Maka dari itu, ia meminta para rumah sakit untuk memprioritaskan nakes apabila terpapar COVID-19. "Kalau ada nakes yang terkena, anggarkan agar mereka terlayani dengan sebaik-baiknya," tutur Budi.


Di sisi lain, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 BNPB Alexander Ginting memprediksi kasus aktif virus Corona (COVID-19) jenis baru akan melandai pada bulan Juli mendatang. Kendati demikian, pelaksanaan PPKM mikro harus dilakukan dengan disiplin dan efektif. "Nanti mencapai suatu pelandaian di sekitar pertengahan Juli," tutur Alexander dalam diskusi daring, Sabtu (26/6).

Alexander menuturkan bila hal itu bisa benar-benar terjadi, pemerintah dan masyarakat diminta untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin. Khususnya bagi pemerintah harus terus mengingatkan masyarakat terkait risiko penularan COVID-19.

Hal itu perlu dilakukan pemerintah agar masyarakat dan semua pihak benar-benar menyadari bahayanya tertular virus COVID-19, sehingga membuat mereka bisa lebih menahan diri untuk tidak keluar rumah. "Makanya yang harus ditanamkan ke masyarakat ialah komunikasi risiko," lanjut Alexander.

Lebih lanjut, Alexander juga mengkhawatirkan adanya agenda beberapa perayaan hari raya keagamaan dan kebudayaan. Hal ini bisa saja memicu kembali lonjakan COVID-19 bila terjadi kerumunan dan masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan. "Kami khawatir bisa menimbulkan lagi kasus sedemikian rupa," tutup Alexander.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait