WHO Imbau Sekolah Gelar Tes COVID-19 Demi Hindari 'Efek Bahaya' PJJ
Pexels/Tima Miroshnichenko
Dunia

Menutup sekolah bisa memberikan dampak yang cukup serius terhadap dunia pendidikan. Tak hanya itu, pola pembelajaran jarak jauh juga turut mempengaruhi kesejahteraan sosial.

WowKeren - Salah satu cara untuk menekan angka penyebaran COVID-19 adalah dengan melakukan testing. Upaya testing harus digencarkan untuk mendeteksi siapa saja yang positif terpapar virus tersebut untuk kemudian dilakukan penelusuran terhadap orang-orang yang pernah berkontak dengan yang bersangkutan.

Baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk melakukan testing COVID-19 di lingkungan sekolah. Hal itu disampaikan oleh Dr Hans Kluge, direktur regional WHO untuk Eropa, dalam sebuah pernyataan pada Jumat (2/7).

Ia menegaskan bahwa tes COVID-19 harus dilakukan di sekolah bahkan ketika tidak ada kasus yang terdeteksi. Langkah ini perlu dilakukan untuk menghindari efek berbahaya dari pembelajaran jarak jauh.

Sebelumnya, upaya skrining di sekolah memang sudah direkomendasikan namun hanya jika terdapat sekelompok kasus virus corona telah diidentifikasi. Namun sekarang, WHO percaya jika tes PCR atau tes antigen cepat harus dilakukan bahkan tanpa adanya gejala di antara siswa dan staf.


"Bulan-bulan musim panas menawarkan jendela peluang yang berharga bagi pemerintah untuk menerapkan serangkaian tindakan yang tepat," kata Kluge. "Yang akan membantu menjaga tingkat infeksi turun dan menghindari penutupan sekolah."

Dia mengatakan jika menutup sekolah-sekolah bisa memberikan dampak yang cukup serius terhadap dunia pendidikan. Tak hanya itu, pola pembelajaran jarak jauh juga turut mempengaruhi kesejahteraan sosial dan mental anak-anak dan remaja.

Oleh sebab itu, ia menegaskan jika WHO tak bisa membiarkan pandemi merampas pendidikan anak-anak. "Kami tidak bisa membiarkan pandemi merampas pendidikan dan perkembangan anak-anak mereka," tegasnya.

Kluge juga telah berkali-kali menyerukan agar negara-negara di wilayah Eropa segera melakukan tindakan untuk mengatasi tingkat putus sekolah sekaligus dampak kesehatan terkait dengan pembelajaran jarak jauh. Wilayah Eropa WHO mencakup 53 negara dan sejumlah daerah yang mencakup beberapa di Asia Tengah.

Bagi badan-badan PBB, penutupan sekolah "harus dianggap hanya sebagai upaya terakhir". Maksudnya, sekolah hanya ditutup manakala terjadi ledakan kasus yang tidak lagi dapat dikendalikan dengan tindakan lain.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait