Sejumlah Pengungsi Rohingya Di India 'Dikucilkan' Dalam Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19
pexels.com/RF._.studio/Ilustrasi
Dunia

Vaksinasi COVID-19 menjadi salah satu upaya dalam menghadapi pandemi. Sementara sejumlah pengungsi Rohingya di India, 'dikucilkan' oleh pemerintah dalam mendapatkan vaksinasi.

WowKeren - Pandemi COVID-19 hingga saat ini masih dirasakan oleh negara-negara di dunia, termasuk India. Seperti yang diketahui, India sempat menjadi negara dengan angka kasus COVID-19 yang sangat tinggi.

Baru-baru ini, pengungsi Rohingya yang berada di India mengeluhkan karena "dikucilkan" dari pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Meski beberapa pengungsi di India sudah mulai mendapat vaksin COVID-19, tetapi di kamp salah satu kelompok Rohingya belum mendapatkan vaksin.

Hal itu diungkapkan oleh Salimullah, salah seorang pengungsi Rohingya yang telah tinggal di Kota New Delhi, India sejak 2013, saat ia melarikan diri dari kekerasan Myanmar. "Penyakit ini tidak membeda-bedakan, jika kita terinfeksi, penduduk setempat juga akan tertular," tutur Salimullah.

Pria tanpa kewarganegaraan itu sekarang menjadi tunawisma usai peristiwa kebakaran melenyapkan kampnya. Saat ini, ia tinggal di kamp bersama 10 orang lainnya sekaligus. Sebelum pandemi menyerang India, ia menjalankan usaha kecil-kecilan untuk bertahan hidup. Namun, selama pandemi dan India menerapkan penguncian wilayah atau lockdown, ia tidak memiliki penghasilan lagi.


Lebih lanjut, Salimullah mengatakan bahwa tabungannya juga telah habis. Maka dari itu, ia memutuskan untuk tetap bekerja di tengah pandemi meski berisiko akan terpapar COVID-19 dan menginfeksi orang lain.

Sementara itu, selama berbulan-bulan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak negara-negara untuk memprioritaskan pengungsi agar diprioritaskan dalam pelaksanaan imunisasi atau vaksinasi COVID-19. Selain itu, para pengungsi juga diminta untuk menempatkannya di kelompok prioritas kedua untuk orang-orang yang berisiko, khususnya yang memiliki masalah dengan kesehatannya.

"Itu karena para pengungsi mau tidak mau hidup dalam kondisi padat di mana virus dapat menyebar lebih mudah, dengan sedikit akses ke perawatan kesehatan paling dasar atau bahkan air bersih," terang Sajjad Malik selaku Direktur Divisi Ketahanan dan Sosial Badan Pengungsi PBB. "Mereka benar-benar hidup dalam situasi sulit."

Sebenarnya lebih dari 160 negara-negara telah memasukkan pengungsi ke dalam daftar penerima vaksin COVID-19, akan tetapi hal tersebut batal dilakukan karena adanya keterbatasan pasokan vaksin. Menurut WHO, hal ini bisa terjadi dikarenakan adanya kesenjangan antara negara kaya dan miskin.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait