Epidemiolog Sebut Muncul Varian Baru COVID-19 Yang Lebih Berbahaya Dari Delta Dan Mu
Unsplash/ Viktor Forgacs
Nasional

COVID-19 disebut tidak akan pernah hilang dari muka bumi ini, bahkan virus tersebut juga terus bermutasi. Epidemiolog menyebut telah muncul varian baru yang lebih berbahaya.

WowKeren - Pandemi COVID-19 yang menyerang negara di dunia hingga saat ini belum juga berakhir. Bahkan semakin banyak bermunculan mutasi atau varian baru COVID-19.

Pandemi COVID-19 sendiri disebut tidak akan hilang dari muka bumi ini. Maka dari itu, masing-masing pemerintah di setiap negara berupaya untuk mengantisipasi dan mempersiapkan strategi hidup berdampingan dengan COVID-19.

Terkait dengan varian baru atau mutasi COVID-19, baru-baru ini disebut muncul kembali yang lebih berbahaya dari varian Delta dan Mu. Hal ini diungkapkan oleh Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman.

Dicky mengatakan varian COVID-19 itu adalah C.1.2. Menurutnya, varian tersebut sangat berbahaya. "Kalaupun ada varian yang bisa mengalahkan Delta, varian C.1.2 inilah yang punya potensi itu," terang Dicky dalam diskusi daring, Selasa (14/9).


Lebih lanjut, Dicky menerangkan bahwa varian C.1.2 itu lebih berbahaya karena varian tersebut merupakan mutasi dari beberapa jenis virus COVID-19 seperti Alfa, Beta, Delta, dan Gamma. Maka dari itu, ia memperingatkan pemerintah harus bersiap dan mencegah masuknya varian tersebut, apalagi kondisi COVID-19 di Indonesia saat ini menunjukkan tren penurunan.

"Makanya bahwa ada potensi varian yang lebih hebat dari Delta itu ada," jelas Dicky. "Dan itu masalah waktu kalau masuk Indonesia dan untuk itu, kita harus siap-siap."

Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa pemerintah saat ini tengah memperhatikan tiga varian baru COVID-19 agar tidak masuk ke wilayah Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai upaya antisipasi agar tidak masuk dan meluas seperti varian Delta.

"Sebagai antisipasi, kita mengamati ada tiga varian baru yang kita amati dari dekat," papar Budi dalam rapat dengan Komisi IX DPR, Senin (13/9). "Pertama adalah varian Lambda, kedua varian Mu, dan yang ketiga adalah varian C.1.2."

Budi mengungkapkan bahwa dua varian yakni Lambda dan Mu yang keduanya ditemukan di Amerika Selatan itu telah termasuk dalam kategori Variant of Interest (VoI) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Untuk varian Lambda sendiri diketahui telah menyebar di 42 negara, sedangkan varian Mu, lebih cepat di 49 negara.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait