Malaysia Catat Rekor Kasus Kematian COVID-19 di Bulan September, Pihak Otoritas Beri Alasan Ini
EPA/EFE
Dunia

Malaysia mencatat 9.671 kasus kematian akibat COVID-19 pada bulan September. Angka tersebut menyumbang lebih dari sepertiga dari total 26.335 kasus kematian COVID-19 di Malaysia.

WowKeren - Malaysia mencatat 9.671 kasus kematian akibat COVID-19 pada bulan September. Ini merupakan jumlah kasus kematian COVID-19 bulanan paling tinggi di Malaysia sejak pandemi dimulai.

Angka pada bulan September ini menyumbang lebih dari sepertiga dari total 26.335 kasus kematian COVID-19 di Malaysia. Lonjakan tersebut membuat Malaysia mencatat salah satu angka kematian COVID-19 per kapita tertinggi di Asia.

Meski demikian, pihak otoritas berdalih bahwa peningkatan kasus kematian tersebut disebabkan oleh keterlambatan masuknya data dari bulan-bulan sebelumnya. Pejabat Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan bahwa banyak pelaporan kasus kematian COVID-19 yang tertunda, beberapa bahkan hingga berbulan-bulan, karena meningkatnya kasus membuat rumah sakit dan laboratorium pengujian kewalahan.

Pada bulan September, Kemenkes Malaysia mulai merilis data harian sesuai dengan waktu kematian, serta tanggal pelaporan mereka, dalam upaya untuk meningkatkan transparansi dan menghapus backlog. Malaysia mencatat rata-rata kasus kematian COVID-19 harian pada bulan September mencapai angka 322.


Namun pada Kamis (30/9) kemarin, Malaysia hanya melaporkan 89 kasus kematian. Pihak otoritas pun telah berjanji untuk mengurangi keterlambatan dengan memberlakukan batas waktu di rumah sakit untuk mengkonfirmasi penyebab kematian.

Menurut pakar penyakit menular Universitas Malaya Adeeba Kamarulzaman, kasus kematian COVID-19 yang sebelumnya tidak dilaporkan memperlihatkan kesenjangan sistemik. Padahal, Malaysia dinilai memiliki salah satu peluncuran vaksin COVID-19 tercepat di Asia Tenggara.

Menurut Dr Adeeba, Malaysia juga memiliki tingkat vaksinasi yang tidak merata di berbagai negara bagian serta pemantauan yang tidak memadai terhadap pasien COVID-19 yang menjalani karantina rumah. Ia juga menyoroti akses terbatas ke perawatan kesehatan di antara para migran yang tidak berdokumen.

"Banyak di antara populasi migran yang kekurangan informasi tentang penyakit ini atau takut untuk datang ke perawatan, takut mereka ditangkap," tutur Dr Adeeba kepada Reuters.

Dr Adeeba menambahkan bahwa Malaysia juga memiliki tingkat obesitas, diabetes, dan hipertensi yang tinggi, terutama di kalangan orang dewasa muda yang divaksinasi belakangan. Hal ini meningkatkan risiko tertular infeksi COVID-19 yang parah.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru