Uni Eropa Akan Mulai Meninjau Obat Oral COVID-19 Merck Dalam Waktu Dekat
AFP/Merck and Co Inc
Dunia

Perusahaan Farmasi AS, Merck tengah memproduksi sebuah obat COVID-19 oral yang diklaim bisa menurunkan potensi rawat inap pada pasien. Kini pengawasan obat UE akan meninjaunya lebih lanjut.

WowKeren - Saat ini, perusahaan farmasi Amerika Serikat (AS) Merck diketahui tengah memproduksi sebuah obat COVID-19 oral yakni molnupiravir. Obat ini diklaim bisa mengurangi rawat inap pasien COVID-19 hingga 50 persen.

Menanggapi hal tersebut, kini Pengawas obat-obatan Uni Eropa (UE) akan segera memulai peninjauan dalam beberapa hari ke depan. Hal ini disampaikan oleh pejabat senior pada Selasa (5/10).

"Apa yang bisa saya katakan adalah bahwa memang kami akan mempertimbangkan apakah akan memulai tinjauan bergulir untuk senyawa ini dalam beberapa hari ke depan," terang Marco Cavaleri selaku Kepala Strategi Vaksin di European Medicines Agency (EMA).

Melansir Today Online, Cavaleri menuturkan bahwa agen yang berbasis di Amsterdam mengetahui beberapa "hasil top line yang sedang dikomunikasikan oleh perusahaan" tentang obat barunya. Sementara itu, pada pekan lalu, Merck mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk mengajukan aplikasi mengenai obat COVID-19 oralnya itu ke Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) dan badan pengatur lainnya di seluruh dunia.


Merck menuturkan bahwa dari hasil uji coba yang dilakukan kepada 770 pasien, menunjukkan tidak ada kematian di antara mereka. Dibandingkan dengan pasien yang tidak menerima obat tersebut, diketahui menimbulkan kematian delapan orang pada kelompok plasebo.

Di saat peninjauan mengenai molnupiravir itu, EMA dapat mempercepat persetujuan obat dengan memeriksa data kemanan dan kemanjuran saat dirilis, daripada menunggu sampai setelah aplikasi resmi untuk otoritas diajukan oleh produsen. Menurutnya, persetujuan dapat memakan waktu selama beberapa bulan.

Di lain sisi, pil buatan Merck itu telah dipuji sebagai kemungkinan terobosan baru lantaran sampai sekarang, terapi COVID-19 yang mengobati penyakit dibandingkan dengan vaksin yang mencegahnya, sejauh ini telah diberikan secara intravena. Sementara untuk izin penggunaan darurat (EMA) nantinya meningkatkan harapan bahwa dosis booster vaksin COVID-19 dapat menawarkan perlindungan jangka panjang terhadap COVID-19.

"Apa yang kami lihat setidaknya dengan vaksin ini adalah bahwa respons imun memang jauh lebih tinggi daripada yang kami lihat setelah dosis kedua," tandas Cavaleri. "Yang berarti bahwa kita berpotensi memiliki jumlah antibodi penetralisir yang cukup luar biasa, juga selama lebih dari enam bulan."

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru