Cerita Peneliti Afrika Selatan Syok Kala Pertama Kali Temukan Varian Omricon
Dunia

Dr Raquel Viana selaku Kepala Sains di laboratorium Lancet yang merupakan salah satu laboratorium pengujian swasta terbesar di Afrika Selatan membagikan pengalamannya menemukan varian baru ini.

WowKeren - Varian Omricon kini tengah menimbulkan kekhawatiran berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Varian yang awalnya ditemukan di Afrika Selatan ini disebut-sebut mampu kembali menginfeksi penyintas COVID-19. Lantas, bagaimana awalnya varian baru ini bisa ditemukan?

Dr Raquel Viana selaku Kepala Sains di laboratorium Lancet yang merupakan salah satu laboratorium pengujian swasta terbesar di Afrika Selatan lantas membagikan pengalamannya menemukan varian baru ini. Awalnya, Viana mengurutkan gen pada delapan sampel virus corona pada 19 November 2021.

Semua sampel tersebut rupanya mengandung sejumlah besar mutasi, terutama pada spike protein yang digunakan virus untuk memasuki sel manusia. Hal ini membuat Viana terkejut.

"Saya cukup terkejut dengan apa yang saya lihat. Saya mempertanyakan apakah ada yang salah dalam prosesnya," ujar Viana kepada Reuters, dikutip pada Rabu (1/12).

Viana kemudian berpikir bahwa sampel tersebut akan memiliki "konsekuensi besar". Oleh sebab itu, ia langsung menelepon rekannya, Daniel Amoako, di Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) di Johannesburg. Amoako sendiri merupakan seorang pengurut gen (gene sequencer).

"Saya tidak tahu bagaimana menyampaikannya kepada mereka," kata Viana. Kala itu, Viana hanya memberitahu Amoako bahwa temuan tersebut tampak seperti garis keturunan baru.

Amoako dan tim di NICD kemudian menguji delapan sampel yang dikirim Viana kepada mereka pada 20-21 November 2021. Menurut Amoake, semua sampel tersebut memiliki mutasi yang sama.


Hal tersebut dinilai sangat aneh sehingga Amoako dan rekan-rekannya berpikir itu pasti sebuah kesalahan. Namun kemudian mereka ingat bahwa selama sepekan terakhir ada peningkatan tajam kasus COVID-19 yang mungkin mengindikasikan mutan baru.

Selain itu, Viana juga telah diperingatkan seorang rekannya tentang keanehan dalam sampel awal bulan ini, yakni adanya dropout gen S atau kegagalan target gen S. Ini merupakan salah satu mutasi yang sekarang membedakan varian baru Omicron dari virus corona dari varian Delta yang dominan secara global.

Satu-satunya varian umum dengan fitur tersebut hanyalan Varian Alpha. Dan Varian Alpha sudah tidak pernah terdeteksi di Afrika Selatan sejak bulan Agustus. Setelah Amoako menguji 32 sampel lainnya dari sekitar Johannesburg dan Pretoria pada 23 November, semuanya menjadi jelas. "Itu menakutkan," tuturnya.

Pada hari yang sama, tim NICD memberitahu departemen kesehatan dan laboratorium lain di seluruh Afrika Selatan untuk melakukan pengurutan. Hal ini rupanya mendapatkan hasil yang serupa.

Pada hari yang sama, NICD memasukkan data ke dalam basis data sains global GISAID. Mereka kemudian menemukan bahwa Botswana dan Hong Kong juga telah melaporkan kasus dengan urutan gen yang sama.

Pada 24 November, pejabat NICD dan departemen kesehatan memberi tahu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) soal varian ini. Kala itu, tutur Viana, lebih dari dua pertiga kasus positif di provinsi Gauteng, Afrika Selatan, menunjukkan dropout gen S dan menandakan bahwa Omicron telah menjadi dominan.

Profesor Salim Abdool Karim yang merupakan salah satu spesialis penyakit menular terkemuka di negara itu menilai bahwa tingkat infeksi COVID-19 harian Afrika Selatan diperkirakan naik empat kali lipat ke angka 10.000 pada akhir minggu ini berkat varian Omicron. Namun apakah varian Omicron bisa menghindari kekebalan dari vaksin atau penyakit masa lalu, seberapa paraha gejalanya dibanding varian lain, hingga bagaimana perbedaan efeknya di antara kelompok usia masih terus diteliti.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait