Waspada! Studi Afsel Ungkap COVID-19 Omicron 3 Kali Lebih Berpotensi Infeksi Kembali Pasien Sembuh
CFP
Dunia

Hasil penelitian awal Afrika Selatan menemukan tingginya tingkat infeksi ulang pasien sembuh COVID-19 akibat varian Omicron. Varian ini diklaim mudah menghindari antibodi alamiah penyintas COVID-19.

WowKeren - Hanya dalam hitungan beberapa hari, virus Corona varian Omicron (B.1.1.529) terus menjadi sorotan dunia. Tingginya jumlah mutasi membuat peneliti khawatir varian ini bersifat sangat menular atau bisa menimbulkan keparahan gejala, meski tentu saja penelitian lebih lanjut terus dikerjakan.

Namun studi awal dari peneliti Afrika Selatan menunjukkan bahwa varian Omicron tiga kali lebih mampu menginfeksi kembali para penyintasnya bila dibandingkan dengan Delta atau Beta. Penemuan ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari sistem kesehatan negara tersebut, menjadikannya yang pertama kali membuktikan kemampuan Omicron menghindari sistem pertahanan tubuh alami yang dihasilkan para pasien sembuh.

Otoritas berwenang Afsel mengategorikan "reinfeksi" sebagai pasien sembuh yang kembali terinfeksi COVID-19 90 hari pasca sembuh. Hingga 27 November 2021, Afsel mengonfirmasi 2,8 juta kasus positif COVID-19 di mana 35.670 di antaranya dicurigai kasus reinfeksi.

"Infeksi ulang baru-baru ini telah terjadi pada individu yang infeksi primernya (kasus pertamanya) terjadi pada gelombang ketiga," ungkap Direktur Pusat Keunggulan DSI-NRF Afrika Selatan dalam Pemodelan dan Analisis Epidemiologi, Juliet Pulliam, pada Kamis (2/12) waktu setempat. "Dengan kebanyakan di antara mereka mengalami infeksi primer saat gelombang (COVID-19 varian) Delta."

Kendati demikian, Pulliam menegaskan bahwa peneliti tidak memiliki informasi soal status vaksinasi setiap individu yang terdata itu. Sehingga belum bisa dipastikan apakah varian Omicron hanya mampu menghindari antibodi alamiah para penyintas atau juga dari antibodi yang dirangsang vaksin.


"Data lain yang juga sangat dibutuhkan adalah tingkat keparahan penyakit terkait infeksi varian Omicron," imbuh Pulliam. "Termasuk para individu dengan riwayat infeksi COVID-19 sebelumnya."

Hal senada juga disampaikan oleh ahli mikrobiologi Afsel, Anne von Gottberg. Von Gottberg hanya menyimpulkan berdasarkan data mentah soal persentase COVID-19 dan vaksinasi di negara tersebut.

Sebanyak 40 persen warga Afsel dilaporkan sudah terinfeksi COVID-19 dengan 30 persen lainnya setidaknya sudah menerima vaksin dosis pertama, meski tentu saja bisa jadi angka di sini saling beririsan. Kendati demikian, jumlah kasus baru COVID-19 terus melonjak.

"Kami percaya bahwa infeksi sebelumnya tidak menyediakan perlindungan yang cukup terhadap infeksi Omicron," tutur von Gottberg, dikutip dari The New York Times, Jumat (3/12). Ia meyakini angka kasus akan terus meningkat tajam beberapa waktu ke depan.

"Kami percaya vaksin masih akan dan terus melindungi dari keparahan gejala. Vaksin selalu bisa melindungi kita dari penyakit parah, perlu masuk rumah sakit, hingga kematian," imbuh von Gottberg.

Peneliti Universitas Southampton, Michael Head, pun memuji penelitian tersebut sebagai "kualitas terbaik". "Analisis ini memang terlihat sangat memprihatinkan, dengan kekebalan dari infeksi sebelumnya yang relatif mudah dilewati. Mungkinkah ini semua masih menjadi 'alarm palsu'? Itu terlihat tidak mungkin," kata Head.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru