India 'Tancap Gas' Vaksin Booster Usai Tembus 180 Ribu Kasus COVID-19 Sehari Imbas Omicron
AFP
Dunia

India khawatir virus Corona varian Omicron bisa menimbulkan 'tsunami' COVID-19 sebagaimana yang dialami tahun lalu. Karena itulah India kini memulai vaksinasi booster.

WowKeren - India berusaha mencegah terjadinya lonjakan kasus separah ketika gelombang kedua akibat varian Delta menyerang. Meski demikian, varian Omicron yang belakangan menyebar luas telah menyebabkan India mencatatkan hampir 180 ribu kasus infeksi baru dalam sehari.

Angka ini otomatis 6 kali lebih banyak daripada sepekan sebelumnya. India pun langsung menerapkan sejumlah pembatasan aktivitas ketat, terutama untuk mencegah perkumpulan massa.

"Kita telah melihat jumlah kasus mengalami peningkatan," tutur Dr Sheetal Veishnav yang mengawasi jalannya vaksinasi COVID-19 di Ibu Kota New Delhi, dikutip dari Today Online pada Senin (10/1). "Ini sangat penting untuk kita mulai lebih melindungi populasi kita."

Karena itulah, per Senin (10/1) hari ini, India memulai program vaksinasi COVID-19 dosis penguat alias booster. Yang menjadi prioritas adalah para tenaga kesehatan dan kelompok rentan COVID-19 seperti lansia di atas 60 tahuun.


Selain itu, kelompok masyarakat dengan komorbid atau penyakit penyerta serta pekerja-pekerja esensial lain juga diminta untuk menerima suntikan dosis penguat. Vaksinasi booster ini dilakukan sembilan bulan setelah mereka menerima suntikan vaksin COVID-19 dosis kedua.

Para ahli medis di Negeri Bollywood memang tak ragu menyampaikan kekhawatiran mereka akan terjadinya "tsunami" COVID-19 seperti gelombang kedua tahun lalu. Meski tingkat kematian pasien COVID-19 akibat Omicron tak setinggi varian Delta, namun para pakar khawatir jumlah kasus baru per harinya bisa berujung melumpuhkan sistem kesehatan dlaam negeri seperti masa gelap tahun lalu.

"Ini bisa menekan sistem kesehatan kita," tegas Dr Gautam Menon, seorang guru besar dari Universitas Ashoka yang sudah bekerja dalam pemodelan infeksi COVID-19 kepada AFP. "Setingkat atau malah lebih buruk daripada gelombang dua."

Lonjakan kasus COVID-19 akibat Omicron memang tidak hanya dijumpai di India. Negara-negara tetangganya seperti Nepal juga sudah mendapati fenomena serupa sehingga langsung mengambil langkah tegas dengan menutup sekolah.

Nepal juga tengah mempertimbangkan pembatasan perkumpulan massa. Di sisi lain, Perdana Menteri Nepal Sher Bahadur Deuba yang telah berusia 75 tahun kini tengah dalam isolasi setelah pejabat senior di lingkungannya ditemukan positif COVID-19.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait