Peternakan di Sarawak Tutup Usai Deteksi Kasus Flu Babi
Dunia

Menteri Modernisasi Pertanian dan Pembangunan Daerah Sarawak, Datuk Seri Stephen Rundi Utom, mengatakan bahwa pihaknya telah mengambil semua tindakan yang diperlukan.

WowKeren - Di tengah masih maraknya kasus pandemi COVID-19, kasus terkait infeksi virus lainnya juga tak kalah menjadi perhatian salah satunya flu babi. Meski menyerang hewan ternak namun penyebaran virus ini cukup memicu kekhawatiran, seperti yang terjadi di Sarawak baru-baru ini.

Peternakan yang terinfeksi African Swine Fever (ASF) atau flu babi di Sibu akan disegel dan semua babi di peternakan ini akan dimusnahkan. Untuk mencegah penularan, peternakan dikosongkan dan bangkai hewan ternak akan dibuang dengan cara dikubur di lokasi.

Langkah itu dilakukan usai Tes Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) yang dilakukan oleh Laboratorium Diagnostik Hewan Negara Bagian Sarawak pada Senin (10/1) mengonfirmasi bahwa sampel yang diambil dari tiga peternakan halaman di belakang di Durin, positif mengidap penyakit tersebut. Menteri Modernisasi Pertanian dan Pembangunan Daerah Sarawak, Datuk Seri Stephen Rundi Utom, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya telah mengambil semua tindakan yang diperlukan.

"Departemen Layanan Hewan Sarawak (DVSS) telah mengerahkan personelnya," ujarnya. "Untuk menentukan tingkat wabah dan telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit ke peternakan babi lainnya."


Sejauh ini, flu babi, disebutnya bukan merupakan penyakit zoonosis sehingga tidak menyebar dari hewan ke manusia. Bahkan hingga kini belum ada pengobatan atau vaksin untuk menyembuhkan infeksi itu.

"Tidak ada pengobatan atau vaksin yang tersedia untuk mengobati atau mengendalikan ASF," lanjutnya. "Yang sangat mematikan dan menular tetapi tidak berbahaya bagi manusia dan bukan merupakan penyakit zoonosis."

Namun, penyakit ini dapat memberikan dampak ekonomi serius bagi para peternak. "Dan juga berdampak pada ketahanan pangan," tambahnya.

Kementerian dan DVSS terlibat dengan peternak babi untuk meningkatkan keamanan hayati peternakan mereka. Salah satunya dengan mencegah orang luar datang mengunjungi peternakan mereka.

"Kami juga telah menyarankan peternak kami untuk tidak memberi makan babi mereka dengan sisa makanan dari restoran atau dapur," tegasnya. "Karena virus ASF dalam produk babi yang terkontaminasi dapat bertahan dari proses memasak."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait