Keajaiban! Penyandang Disabilitas yang Tersapu Tsunami Tonga Selamat Usai Berenang Lebih Dari 24 Jam
Dunia

Lisala Folau mengaku telah berenang dan mengambang dari pulau Atata tempat tinggalnya, melewati dua pulau tak berpenghuni, menuju ke pulau utama Tongatapu. Total jarak yang ditempuh oleh Folau ini mencapai 13 kilometer.

WowKeren - Letusan gunung berapi bawah laut membuat Tonga, negara kepulauan di Pasifik, diterjang gelombang tsunami. Seorang warga Tonga yang hanyut tersapu gelombang tsunami pun dilaporkan berhasil menyelamatkan diri usai berenang selama lebih dari 24 jam.

Kisah luar biasa tersebut dialami oleh Lisala Folau, seorang penyandang disabilitas yang merupakan pensiunan tukang kayu. Kepada stasiun radio Tonga Broadcom FM, ia mengaku telah berenang dan mengambang dari pulau Atata tempat tinggalnya, melewati dua pulau tak berpenghuni, menuju ke pulau utama Tongatapu. Total jarak yang ditempuh oleh Folau ini mencapai 13 kilometer.

Transkrip wawancara Folau telah diterjemahkan dan dibagikan oleh editor senior di stasiun radio tersebut ke Facebook. Folau mengaku tengah mengecat rumahnya pada Sabtu (15/1) kala ia diberitahu tentang adanya tsunami.

"Kakak laki-laki dan keponakan saya datang membantu saya, kali ini gelombang telah melewati ruang duduk kami, kami pindah ke bagian lain rumah ketika gelombang lebih besar (tiba), gelombang ini saya perkirakan tidak kurang dari enam meter," ungkapnya. "Ingatlah bahwa saya seorang penyandang disabilitas. Saya tidak bisa berjalan dengan baik … dan ketika saya bisa (berjalan), saya yakin bayi bisa berjalan lebih cepat dari saya."

Folau dan keluarganya kemudian berlindung di sisi timur rumah. Ketika ombak datang dari barat, mereka berhasil lolos dari gulungan air tersebut.

Folau dan keponakannya lantas memanjat pohon, sedangkan saudara laki-laki Folau berlari mencari bantuan. Mereka kemudian turun dari pohon ketika ada jeda ombak. Sayangnya begitu mereka menyentuh tanah, ombak yang lebih besar datang.

"Ketika ombak pecah di daratan tepat di bawah kami, keponakan saya Elisiva dan saya tidak memiliki apa-apa untuk dipegang dan kami tersapu ke laut. Ini jam 7 malam," jelasnya. "Kami mengambang di laut, hanya memanggil satu sama lain. Hari sudah gelap dan kami tidak bisa melihat satu sama lain. Segera saya tidak dapat memanggil keponakan saya lagi, tetapi saya dapat mendengar panggilan dari putra saya."


Pada saat itu, Folau memutuskan untuk tidak menyahut panggilan putranya. Folau takut putranya akan mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkannya.

Tubuh Folau mengambang di laut hingga akhirnya mendarat di sebelah timur Toketoke. Pada Minggu (19/1) pagi, Folau sempat melihat sebuah kapal patroli polisi menuju pulau Atata. Folau berusaha menarik perhatian petugas dengan melambaikan kain, namun sayangnya gagal.

Pada pukul 10 pagi, ia akhirnya memutuskan untuk berenang ke pulau Polo'a. Folau tiba di pulau tersebut pada pukul 6 sore setelah berenang selama delapan jam. "Saya memanggil-manggil dan berteriak minta tolong tetapi tidak ada orang di sana," katanya.

Setelah itu, Folau bertekan untuk mencapai mui’i Sopu. Sebagai informasi, Sopu berada di tepi barat ibu kota Nuku'alofa, di pulau utama Tongatapu.

Sekitar jam 9 malam, Folau akhirnya berhasil mencapai daratan. Ia berjalan ke jalanan umum beraspal dan menumpang sebuah kendaraan yang lewat. Folau kemudian dibawa ke rumah pengemudi tersebut.

Kisah ini lantas menjadi viral di media sosial sejak pertama kali dibagikan oleh jurnalis Tonga, Marian Kupu. Menurut Erika Radewagen, seorang pejabat renang tingkat Olimpiade dari Pasifik, kisah bertahan hidup Folau sangat mengesankan.

"Sungguh menakjubkan, mengingat dia melarikan diri dari peristiwa bencana, berada di bawah tekanan semacam itu, secara mental dan dengan tekanan fisik tambahan karena melarikan diri dalam kegelapan," jelasnya. "Bahkan perenang yang sangat berpengalaman memiliki batasan fisik dan parameter yang ditetapkan, tetapi dibutuhkan pola pikir yang berbeda untuk melakukan apa yang dia lakukan. Bukannya dia jatuh dari perahu, dia melarikan diri dari gunung berapi yang meletus, tersapu tsunami. Ada lebih banyak rintangan fisik, seperti abu, puing-puing, ombak, dan faktor lain yang akan membuat renangnya jauh lebih menantang."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru