Hong Kong Disebut Hanya Bisa Pertahankan Pengetatan COVID-19 Hingga 2024
Pexels/Harry Shum
Dunia

Selama pandemi COVID-19 berlangsung, Hong Kong menerapkan pembatasan perjalanan secara ketat. Hal ini lantas dikhawatirkan mempengaruhi perekonomian negara tersebut.

WowKeren - Negara di dunia saat ini masih berada pada pandemi COVID-19, termasuk Hong Kong. Selama pandemi berlangsung, Hong Kong diketahui memberlakukan pengetatan COVID-19.

Namun kini, Hong Kong disebut hanya bisa mempertahankan pengetatan COVID-19 itu sampai pada tahun 2024. Hong Kong disebut sudah harus melonggarkan pengetatan itu di awal tahun 2024 lantaran kebijakan yang sangat ketat itu bisa memicu eksodus perusahaan dan staf asing, serta membahayakan perannnya sebagai pusat keuangan.

Hal itu disampaikan oleh Kamar Dagang Eropa kota itu dalam sebuah rancangan laporan. Sementara itu, keefektifan terbatas dari vaksin yang dikembangkan secara lokal memaksa Tiongkok daratan untuk mempertahankan pembatasan ketat pada perjalanan.

Mengenai laporan tersebut, pihak Kamar Dagang Eropa enggan berkomentar. Di sisi lain, skenario yang disebut paling memungkinkan untuk Hong Kong adalah tidak akan dibuka kembali sampai Tiongkok meluncurkan vaksin mRNA di 1,4 miliar penduduknya yang diperkirakan memakan waktu hingga akhir 2023 atau awal 2024.


Apabila masalahnya ada pada hal tersebut, maka majelis mengatakan ada risiko "efek kaskade" dari perusahaan yang meninggalkan pusat keuangan Asia. Maka dari itu, pihaknya pun mempersiapkan segala hal kemungkinan terburuk, seperti eksodus dari negara lain.

"Kami mengantisipasi eksodus orang asing, mungkin yang terbesar dari yang pernah terjadi di Hong Kong, dan salah satu yang terbesar secara absolut dari kota mana pun di kawasan itu dalam sejarah baru-baru ini," bunyi keterangan majelis, dilihat pada Rabu (26/1).

Di sisi lain, Hong Kong telah berhasil mengendalikan virus untuk sebagian besar tahun 2021. Selain itu, Hong Kong juga telah menjadi salah satu tempat paling terisolasi di dunia imbas dari pembatasan perjalanan dan penguncian intermiten yang diterapkannya. Hal ini disebut memicu percepatan pengeringan otak dari bekas jajahan Ingris itu.

Sebagai informasi, Hong Kong sempat mengalami lonjakan kasus COVID-19 pada Januari lalu. Menanggapi hal ini, pihak berwenang pun berjuang sekuat tenaga untuk bisa mengendalikannya.

Kamar Dagang Eropa menuturkan bahwa berdasarkan skenario tersebut, perusahaan multinasional akan semakin merelokasi tim yang berfokus pada Tiongkok ke daratan atau menggeser tim regional Asia mereka ke Singapura atau Seoul, Korea Selatan. Apabila hal ini terjadi, Hong Kong bisa kehilangan daya tariknya sebagai pusat bisnis internasional serta potensinya untuk berkontribusi pada ekonomi Tiongkok.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait