Komplikasi MIS-C Bisa Jadi Ancaman Untuk Para Siswa di Tengah PTM yang Masih Berlanjut
Nasional

Mantan Direktur Badan Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara mengingatkan pemerintah untuk mengevaluasi lagi PTM 100 persen. Ia juga mengingatkan soal ancaman MIS-C yang mengintai siswa.

WowKeren - Meski kasus COVID-19 mengalami peningkatan signifikan di tengah serangan varian Omicron, pemerintah hingga kini masih belum memberikan instruksi untuk menghentikan PTM (pembelajaran tatap muka) 100 persen. Keputusan ini pun tak ayal menimbulkan protes dari sejumlah pihak.

Mantan Direktur Badan Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama juga mengimbau pemerintah mengevaluasi aktivitas PTM di sejumlah daerah yang masuk kategori zona perang penularan COVID-19 di Indonesia. Hal itu Tjandra sampaikan lantaran sejauh ini, karakteristik Omicron lebih cepat menular pada golongan usia anak-anak dibandingkan dengan varian COVID-19 yang sebelumnya.

"Ada daerah yang disebut sebagai medan perang atau battlefield pertama melawan Omicron di negara kita, dan di daerah battlefield itu disebutkan juga sudah ada beberapa kecamatan yang masuk zona merah," ujar Tjandra, Selasa (25/1) mengutip Cnnindonesia.com.

Tjandra juga mendorong pemerintah agar memberikan kelonggaran pada anak untuk memilih PTM atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Selain itu, anak dengan komorbid perlu memeriksakan diri dahulu, kelengkapan imunisasi untuk dapat ikut PTM serta mekanisme kontrol dan buka tutup sekolah juga harus disiapkan.


"Jadi, setidaknya di zona merah dalam suatu medan perang maka baik kalau upaya perlindungan kesehatan ditingkatkan, termasuk evaluasi pelaksanaan PTM setidaknya dimulai di daerah-daerah itu," lanjutnyaa.

Salah satu yang dikhawatirkan Tjandra adalah adanya potensi anak mengalami komplikasi berat atau multisystem inflammatory in children associated with COVID-19 (MIS-C). Bahkan juga komplikasi long COVID-19.

Tjandra mengungkap bahwa pakar kesehatan dari beberapa negara seperti Amerika Serikat, juga mulai membicarakan kemungkinan kejadian long COVID-19 pada anak tersebut. Kendati demikian, kemungkinan itu menurutnya masih perlu diteliti lebih lanjut.

"Penelitian di Afrika Selatan juga misalnya, dengan data dari 56.164 Covid-19 yang masuk rumah sakit, mereka menemukan bahwa angka masuk rumah sakit anak di bawah empat tahun ternyata 49 persen lebih tinggi pada Omicron dibandingkan Delta," pungkasnya.

Dengan temuan itu, Tjandra meminta agar pemerintah tetap waspada dan tidak gegabah dalam memutuskan kebijakan. Ia kemudian menyinggung tren naiknya kasus Covid-19 yang mulai terjadi dalam dua pekan terakhir.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait