Kebocoran Data Bank Indonesia Bertambah Lagi, Pakar Ungkap Dampak Berbahaya
Pexels/Mati Mango
Nasional

Sebelumnya, BI telah membenarkan adanya kebocoran data pada salah satu kantor cabang di Bengkulu. Serangan ransomware tersebut telah dilaporkan oleh pihak BI ke Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada 17 Desember 2021 lalu.

WowKeren - Bank Indonesia (BI) dilaporkan menjadi korban peretasan data geng ransomware Conti asal Rusia. Kekinian, jumlah perangkat komputer milik BI yang diretas meningkat dari awalnya hanya 16 hingga kini menjadi 368.

Informasi ini diungkapkan oleh salah satu platform intelijen bernama Dark Tracer melalui Twitter. Dark Tracer juga mengungkapkan bahwa jumlah kebocoran data BI kini bertambah menjadi 130 GB, dari yang awalnya hanya 487 MB.

"Geng Conti ransomware terus mengunggah data internal Bank Indonesia. Kebocoran pertama adalah data 487MB tetapi sekarang mencapai 130GB," cuit akun Twitter @darktracer_int pada Rabu (26/1). "PC internal yang disusupi diperkirakan berjumlah 16 pada awalnya, dan sekarang meningkat menjadi 368."

Update Kebocoran Data BI

Twitter/@darktracer_int

Sebelumnya, BI telah membenarkan adanya kebocoran data pada salah satu kantor cabang di Bengkulu. Serangan ransomware tersebut telah dilaporkan oleh pihak BI ke Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada 17 Desember 2021 lalu.


Adapun pakar keamanan siber Doktor Pratama Persadha sempat mengingatkan BI terkait ancaman grup Conti ransomware yang akan membuka lebih banyak data bocor milik BI. Pasalnya, kelompok yang berbasis di Rusia tersebut masih mengunggah data internal BI yang mereka curi.

"Sampai saat ini, serangan dari grup ransomware Conti ini sudah diupdate sampai dengan empat kali," ujar Pratama kepada Antara, Rabu. "Ini membuktikan bahwa komitmen mereka memang masuk sangat dalam ke sistem milik Bank Indonesia."

Lebih lanjut, Pratama menilai peretasan ini menjadi bukti bahwa BI tidak menuruti kemauan dari pihak peretas, misalnya meminta tebusan sejumlah uang. "Jadi kasus ini memang bukan peretasan baru, melainkan memang Conti mengeluarkan sedikit demi sedikit dari data tersebut untuk mengancam korbannya. Yang dalam hal ini pihak Bank Indonesia," tuturnya.

Menurut Pratama, dengan terbukanya 130 GB data BI di darkweb maka bisa jadi data yang diambil oleh Conti sebenarnya jauh lebih banyak. Adapun rekor peretasan terbesar masih dipegang oleh kasus Sony Pictures pada tahun 2014 lalu dengan jumlah data mencapai 10 TB.

Pratama menyatakan bahwa makin besar data BI yang bocor, makin membahayakan masyarakat Indonesia dan industri perbankan nasional. Hal tersebut juga akan menurunkan tingkat kepercayaan pihak lain yang mungkin ingin berinvestasi atau bekerjasama dengan Indoensia.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait