Ketakutan pada Junta Militer Picu Ratusan Orangtua di Myanmar Pilih Putus Hubungan Dengan Anak
Pixabay/ilustrasi/Anemone123
Dunia

Ratusan orangtua di Myanmar memilih memutuskan hubungan dengan anak-anak mereka yang menentang Junta militer. Para orangtua dibayang-bayangi 'ancaman' dari Junta militer.

WowKeren - Selama tiga bulan terakhir, rata-rata 6 hingga 7 keluarga di Myanmar mengumumkan pemutusan hubungan mereka dengan anak, keponakan, atau cucu mereka lewat surat kabar setiap harinya. Mereka memilih untuk memutuskan hubungan karena para pemuda itu ikut aktif menentang junta militer yang berkuasa.

Aksi itu mulai muncul dalam jumlah tersebut pada bulan November setelah para tentara yang merebut kekuasaan dari pemerintah Myanmar mengumumkan akan mengambil alih properti lawannya dan menangkap orang-orang yang memberi perlindungan kepada pengunjuk rasa. Puluhan aksi penggerebekan di rumah-rumah warga pun juga telah dilakukan menyusul pengumuman tersebut.

Lin Lin Bo Bo (26) jadi salah satu yang putus hubungan dan tidak lagi diakui orangtuanya karena persoalan tersebut. Lin Lin Bo Boadalah salah satu dari mereka dalam sekitar 570 pemberitahuan yang ditinjau oleh Reuters.

"Kami menyatakan bahwa kami tidak mengakui Lin Lin Bo Bo karena dia tidak pernah mendengarkan kehendak orang tuanya," kata pemberitahuan yang diposting oleh orang tuanya, San Win dan Tin Tin Soe, di surat kabar milik negara The Mirror pada bulan November.


Lin Lin Bo Bo berbicara dari kota perbatasan Thailand di mana dia tinggal setelah melarikan diri dari Myanmar. Wanita itu mengatakan bahwa ibunya mengatakan tidak mengakuinya setelah tentara datang ke rumah keluarga mereka untuk mencarinya. Beberapa hari kemudian, dia berkata bahwa dia menangis ketika membaca pemberitahuan di koran.

Menurut Wai Hnin Pwint Thon, petugas advokasi senior di kelompok hak asasi manusia Burma, menargetkan keluarga aktivis oposisi adalah taktik lama yang digunakan oleh militer Myanmar selama kerusuhan pada 2007 dan akhir 1980-an. Tapi kini praktik tersebut kembali sering dilakukan sejak kudeta 1 Februari 2021 lalu.

Penolakan anggota keluarga secara terbuka, yang memiliki sejarah panjang dalam budaya Myanmar adalah salah satu cara untuk menanggapinya. Wai Hnin Pwint Thon mengatakan bahwa dia melihat lebih banyak pemberitahuan seperti itu di media daripada di masa lalu.

"Anggota keluarga takut terlibat dalam kejahatan. Mereka tidak ingin ditangkap, dan mereka tidak ingin mendapat masalah," pungkasnya.

Diketahui bahwa ratusan ribu orang di Myanmar yang mayoritas masih muda, turun ke jalan untuk memprotes kudeta setahun lalu. Setelah tindakan keras terhadap demonstrasi oleh tentara, beberapa pengunjuk rasa melarikan diri ke luar negeri atau bergabung dengan kelompok-kelompok bersenjata di bagian-bagian terpencil negara itu. Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, selama tahun lalu pasukan keamanan telah membunuh sekitar 1.500 orang, banyak dari mereka demonstran, dan menangkap hampir 12.000 orang.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait