Mengenal Sederet Kontroversi Pendeta Saifuddin Ibrahim yang Minta 300 Ayat Alquran Dihapus
YouTube/Saifuddin Ibrahim
Nasional

Ini bukan pertama kalinya Pendeta Saifudin Ibrahim menuai kontroversi, pria tersebut sebelumnya sudah pernah membuat heboh dan dipenjara karena kasus penistaan agama.

WowKeren - Nama Pendeta Saifudin Ibrahim belakangan ramai diperbincangkan usai ia memintan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas untuk menghapus 300 ayat Alquran. Ini bukan pertama kalinya Pendeta Saifudin menuai kontroversi, pria tersebut sebelumnya sudah pernah membuat heboh dan dipenjara karena kasus penistaan agama.

Pada tahun 2018, pria bernama asli Abraham Ben Moses tersebut ditangkap polisi karena melakukan penistaan agama dalam unggahannya di Facebook pada Desember 2017. Pada Februari 2018, ia divonis bersalah karena menghina Nabi Muhammad SAW dan dijatuhi hukuman penjara selama empat tahun serta denda Rp 50 juta.

Usai bebas dari penjara, Pendeta Saifudin sempat membela Muhammad Kece. Diketahui, Kece merupakan sosok kontroversial yang juga merupakan pelaku penistaan agama.

Saifudin memberikan pengakuan mengejutkan tentang dugaan penganiayaan yang dialami Kecek di Rutan Bareskrim Polri. Pelaku dalam kasus dugaan penganiayaan tersebut adalah mantan kepala Divisi Hubungan Internasional Polri, Irjen Napoleon Bonaparte.

Saifudin mengungkapkan bahwa Kece dianiaya sehari setelah ditangkap oleh polisi di Bali pada 24 Agustus 2021 dan dibawa ke Jakarta. Menurut Saifudin, ada sekitar lima orang pelaku yang melakukan penganiayaan tersebut.


"Jadi, jam satu dipukul babak belur, dan dia siuman lagi, mukanya dilumuri kotoran manusia," ungkap Saifudin kepada JPNN.com beberapa waktu lalu.

Kekinian, Saifudin kembali menuai kontroversi dengan pernyataannya. Untuk mencegah orang-orang terhindari dari paham radikalisme, Syaifudin menyarankan Menag Yaqut untuk menghapus 300 ayat dari Alquran.

"Atur juga kurikulum yang ada di madrasah, hingga perguruan tingi. Karena sumber kekacuan itu dari kurikulum yang tidak benar. Bahkan kurikulum di Pesantren jangan takut dirombak pak," ujarnya. "Karena pesantren itu bisa melahirkan kaum radikal. Seperti saya ini dulunya radikal. Saya pernah ngajar di Pesantren, jadi saya ngerti pak."

Pernyataan Syaifudin lantas mendapat kecaman dari banyak pihak. Salah satunya dari Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD yang meminta meminta kepada Polri agar menyelidiki pendeta tersebut.

Belakangan, Syaifudin justru menantang Mahfud untuk carok alias berkelahi dengan celurit. Menurut Pendeta Saifudin, cara Mahfud menjawab pertanyaannya tentang menghapus 300 ayat Alquran tidak pantas.

"Bagaimana maksud Mahfud MD menyebut saya ini menista agama hukumannya 6 tahun. Jangankan 6 tahun, matipun saya siap," katanya. "Hukuman mati saya siap menjalaninya, asal kematian saya untuk membela minoritas, untuk membela gereja, agar Kristen ditonton di TV, sama seperti Islam di TV."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru