Tiongkok Kembali Terapkan Kontrol COVID-19 dan Lockdown, Warga Suarakan Rasa Frustrasi
Unsplash/Benjamin Patin
Dunia

Kota Shenyang, provinsi Liaoning, yang memiliki populasi 9 juta jiwa dan menampung pabrik-pabrik termasuk pembuat mobil BMW menerapkan lockdown sejak Senin (21/3) malam.

WowKeren - Tiongkok menerapkan lockdown di kota Shenyang, provinsi Liaoning, yang memiliki populasi 9 juta jiwa. Kota Shenyang telah diperintahkan untuk menerapkan lockdown sejak Senin (21/3) malam.

Pada Selasa (22/3), Shenyang melaporkan 47 kasus COVID-19 baru. Kota basis industri yang menampung pabrik-pabrik termasuk pembuat mobil BMW tersebut menempatkan semua kompleks perumahan di bawah "manajemen tertutup" dan melarang penduduk pergi tanpa hasil negatif tes COVID-19 dalam periode 48 jam.

Adapun pembatasan COVID-19 ini tampaknya meningkatkan frustasi di kalangan masyarakat. Kerumunan orang di Kota Shenyang tampak menggedor jendela toko pasar pakaian sembari meneriakkan rasa frustrasi mereka terhadap pengumuman putaran tes COVID-19 yang baru.

Rekaman kejadian tersebut sempat beredar di media sosial. Meski pemerintah setempat sudah mendesak orang-orang untuk "menyebarkan desas-desus" tentang insiden itu, banyak netizen yang telah melihat dan menanggapinya.


"Tolak karantina!" kata seorang netizen. "Banyak orang telah sadar akan kebenaran," kata netizen yang lain.

"Ini sebenarnya sudah berakhir," tulis seorang netizen yang memposting di WeChat. "Pilek biasa lebih serius dari ini ... Badan pengujian ingin ini terus berlanjut. Perusahaan vaksin ingin menyuntik selamanya."

Adapun komentar-komentar tersebut mencerminkan frustrasi yang berkembang di seluruh Tiongkok karena pihak berwenang menggunakan semua taktik dalam buku pedoman "nol-COVID" mereka untuk bergulat dengan varian Omicron yang lebih menular. Dengan melonjaknya kasus COVID-19, masyarakat pun bertanya-tanya apakah metode pemerintah yang makin kompleks, termasuk pengujian berkelanjutan terhadap penduduk, masih berfungsi.

Wakil Kepala Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok, Dr Wang Hesheng, sempat menyatakan bahwa taktik Tiongkok yang semakin halus telah mengurangi ketidaknyamanan. "Ini menunjukkan bahwa dengan mengorbankan aktivitas normal sejumlah kecil orang, dan kontrol pergerakan di wilayah yang sangat kecil, apa yang datang sebagai gantinya adalah produksi normal dan kehidupan normal untuk jangkauan terluas wilayah dan orang," tuturnya.

Meski demikian, ada indikasi bahwa kurangnya kejelasan dan konsistensi telah membuat publik jengkel. Selain itu, media sosial Tiongkok juga dilaporkan terus berupaya untuk menghapus gelombang keluhan tersebut.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait