WHO Sebut Pencabutan Pembatasan COVID-19 di Negara Eropa Terlalu 'Brutal'
AFP/Fabrice Coffrini
Dunia

Jumlah kasus baru COVID-19 di Eropa memang telah turun tajam setelah mencapai puncaknya pada akhir Januari lalu. Namun, kasus dilaporkan kembali meningkat sejak awal Maret.

WowKeren - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) turut menyoroti langkah-langkah sejumlah negara Eropa yang telah melonggarkan pembatasan ketika varian omicron masih terus menyebar. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu mengatakan jika pencabutan pembatasan terlalu brutal.

Direktur WHO Eropa Hans Kluge pada Selasa (22/3) mengatakan bahwa dirinya optimis tentang perkembangan pandemi di Eropa namun juga akan tetap waspada. Dalam sebuah konferensi pers di Moldova itu, ia menambahkan bahwa kasus meningkat di 18 dari 53 negara bagian di wilayah tersebut.

"Negara-negara di mana kami melihat peningkatan tertentu adalah Inggris, Irlandia, Yunani, Siprus, Prancis, Italia, dan Jerman," kata Kluge. "Negara-negara itu mencabut pembatasan secara brutal dari terlalu banyak menjadi terlalu sedikit."

Menurut data WHO, jumlah kasus baru COVID-19 di Eropa memang telah turun tajam setelah mencapai puncaknya pada akhir Januari lalu. Namun, kasus juga dilaporkan meningkat lagi sejak awal Maret. Selama tujuh hari terakhir, lebih dari 5,1 juta kasus baru dan 12.496 kematian telah dilaporkan di wilayah Eropa WHO.


Di Prancis misalnya. Infeksi corona di negara ini telah meningkat lebih dari sepertiga dalam seminggu sejak pemerintah mengakhiri sebagian besar pembatasan COVID pekan lalu. Di Italia, pemerintah juga mengumumkan bahwa mereka akan menghapus hampir semua pembatasan pada 1 Mei meskipun ada peningkatan kasus.

Inggris juga sama, pemerintah menghapus pembatasan perjalanan internasional terakhir pada hari Jumat (18/3). Sedangkan Austria telah mengumumkan akan kembali menerapkan aturan yang mewajibkan penggunaan masker.

Kluge dan ahli epidemiologi lainnya mencatat bahwa peningkatan kasus sebagian disebabkan oleh penyebaran sub-garis keturunan BA.2. Ini merupakan sub-varian dari omicron yang sangat menular yang telah mendominasi di banyak negara. Namun tampaknya tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan dengan jenis lainnya.

Ahli virologi di Universitas Warwick Inggris Lawrence Young mengatakan peningkatan kasus di Eropa disebabkan oleh kombinasi tiga faktor yakni pencabutan pembatasan, berkurangnya kekebalan setelah vaksinasi dan sub varian BA.2. "Menghapus pembatasan telah memicu penyebaran BA.2 dan juga dapat menyebabkan munculnya varian lain," ujarnya kepada AFP.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru