Penduduk Shanghai Protes Kurangnya Pasokan Saat Lockdown, Drone Pemerintah Beri Peringatan Ini
AP/Ng Han Guan
Dunia

Beberapa netizen juga mengkritik langkah lockdown yang ketat telah mencegah pasokan dikirim ke daerah tersebut. Warga disebut tidak mendapatkan tanggapan meski telah menelepon pihak otoritas setempat setiap hari.

WowKeren - Tiongkok kini tengah menerapkan lockdown di wilayah Shanghai. Ini merupakan salah satu upaya Tiongkok dalam mengejar strategi "nol-COVID".

Penduduk Shanghai tidak diizinkan untuk meninggalkan rumah kecuali untuk mengikuti tes COVID-19. Dengan diterapkannya lockdown ini, warga pun mulai mengeluhkan kekurangan persediaan makanan.

Pihak otoritas di Shanghai pun berupaya untuk mendistribusikan jatah makanan kepada jutaan penduduk wilayah tersebut. Penduduk di kotsa Jiuting, distrik Songjiang, Shanghai, bahkan terpaksa menunggu dan meminta pasokan dari balkon karena mereka dilarang keluar rumah.

Koresponden Tiongkok untuk The Economist, Alice Su, membagikan video situasi di Shanghai. Menurutnya, penduduk Shanghai memprotes kurangnya persediaan dari balkon mereka masing-masing. Namun sebuah drone muncul dan menyuarakan peringatan kepada warga untuk tidak bernyanyi.

"Penduduk Shanghai pergi ke balkon mereka untuk bernyanyi & memprotes kurangnya persediaan," tulis Su. "Sebuah drone muncul: 'Harap patuhi pembatasan covid. Kendalikan hasrat jiwa Anda akan kebebasan. Jangan membuka jendela atau bernyanyi'."


Drone Pemerintah

Twitter/@aliceysu

Pengumuman yang dibunyikan dari drone tersebut juga mengatakan bahwa tindakan seperti tersebut dapat "meningkatkan risiko penyebaran virus". Video tersebut pertama kali dibagikan di media sosial Weibo.

Video pengumuman drone tersebut rupanya menuai komentar negatif di Weibo. Netizen tidak terima dengan pengumuman drone pemerintah tersebut dan mengatakan bahwa penduduk Shanghai hanya meminta persediaan dan bukannya bernyanyi.

Beberapa netizen juga mengkritik langkah lockdown yang ketat telah mencegah pasokan dikirim ke daerah tersebut. Warga disebut tidak mendapatkan tanggapan meski telah menelepon pihak otoritas setempat setiap hari.

Di sisi lain, Shanghai mengharuskan semua orang yang positif COVID-19 untuk dikarantina di lokasi yang telah ditentukan untuk observasi, bersama dengan orang-orang yang menjadi kotna dekat mereka. Kasus-kasus baru membuat jumlah infeksi COVID-19 di Shanghai menjadi sekitar 90 ribu dalam wabah yang dimulai bulan lalu.

Seorang pejabat dari Kamar Dagang Uni Eropa di Tiongkok turut mengkritik lockdown Shanghai yang dinilai telah mengganggu kehidupan sehari-hari dan perdagangan di pusat keuangan dan bisnis utama itu. "Kami melihat kekurangan kebutuhan hidup yang parah, terutama sayuran segar, dan warga tidak bisa mendapatkan pengiriman mereka melalui aplikasi mereka," kata Bettina Schoen-Behanzin, ketua majelis Shanghai Chapter.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait