Bagi yang Hobi Beli Baju Baru untuk Lebaran, Pakar Lingkungan Ingatkan Hal Ini
Pxhere
Nasional

Beli baju baru jadi salah satu yang identik dilakukan umat muslim Indonesia saat perayaan Hari Raya Idul Fitri. Tapi agaknya kebiasaan itu juga bisa menjadi ancaman bagi lingkungan.

WowKeren - Beli baju baru untuk lebaran atau peringatan Hari Raya Idul Fitri seolah telah mengakar jadi budaya di Indonesia. Lebaran pun jadi identik dengan baju baru yang dipakai saat bersilaturahmi di momen lebaran. Tapi nyatanya kebiasaan tersebut tak sepenuhnya bijak untuk dilakukan.

Pasalnya, hal itu bisa meningkatkan limbah pakaian di lingkungan karena akan banyak menggunakan sumber daya bahan baku lebih banyak. Kemudian, di sektor hilir akan banyak limpahan baju bekas yang membutuhkan perawatan untuk dijual kembali, misalnya dengan detergen. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi lingkungan.

Melihat fenomena itu, pakar lingkungan dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Prabang Setyono mengatakan bahwa pada dasarnya membeli baju baru di Lebaran memiliki makna positif. Akan tetapi, ia mengingatkan masyarakat sebaiknya bersikap bijak dengan menggunakan pakaian lama atau yang jarang dipakai saja.


"Budaya tersebut (baju baru saat Lebaran) sebenarnya pemaknaan simbolik bagus, hanya pemaknaan secara fisiknya tidak harus dengan baju baru. Tapi, baju yang bagus yang sudah tersimpan lama tapi belum dipakai atau jarang dipakai saja," ucap Prabang melansir laman resmi UNS, Senin (9/5).

Prabang menyarankan untuk masyarakat yang sudah membeli baju baru untuk menggunakan metode sirkuler baju layak pakai. Sistem ini adalah menyalurkan baju-baju yang dianggap sudah kekecilan atau tidak tren kepada orang yang membutuhkan. Dengan aksi itu, diharapkan pakaian-pakaian tersebut tidak menjadi limbah bahan tekstil dan bermanfaat bagi orang lain.

"Bagi yang sudah membeli pakaian, makan baju yang dianggap sudah tidak tren atau sudah tidak dipakai harus disalurkan ke suatu unit usaha atau tempat penampungan baju layak pakai untuk didistribusikan ke masyarakat pengguna lain agar penggunaannya berkelanjutkan," pungkas Prabang Setyono.

Sementara itu, untuk baju-baju yang tidak dapat dipakai dan memang harus menjadi sampah, juma masih bisa dijual kepada produsen. Baju-baju tersebut nantinya bisa diubah menjadi bahan fillet atau pengisi properti rumah tangga, seperti kursi sofa atau bantalan.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait