Suhu Panas di India Capai Rekor, Burung-Burung Sampai Berjatuhan Karena Dehidrasi
AFP/Sam Panthaky
Dunia

Dokter di salah satu RS hewan mengatakan bahwa tim penyelamat menangkap puluhan burung yang berjatuhan saat terbang seperti merpati atau burung layang-layang setiap hari.

WowKeren - Suhu yang sangat panas memang dapat mengganggu keberlangsungan makhluk hidup. Tak hanya manusia namun juga hewan maupun tumbuhan di sekitarnya.

Suhu yang panas di India bahkan telah membuat burung-burung yang terbang kewalahan dan mengalami dehidrasi. Tim penyelamat di negara bagian Gujarat barat India telah memboyong puluhan burung yang kelelahan dan dehidrasi yang berjatuhan setiap harinya di tengah gelombang panas yang menyengat.

Dokter hewan dan penyelamat hewan mengatakan gelombang panas telah mengeringkan sumber air di kota terbesar di negara bagian itu. Daratan India telah mengering di musim panas dan mencapai suhu terpanas dalam beberapa dekade.

Kondisi ini mendorong Perdana Menteri India Narendra Modi untuk memperingatkan adanya peningkatan risiko kebakaran. Dalam beberapa minggu terakhir, rumah sakit hewan yang dikelola oleh Jivdaya Charitable Trust nirlaba di Ahmedabad telah merawat ribuan burung.


Dokter di sana menambahkan bahwa tim penyelamat menangkap puluhan burung yang berjatuhan saat terbang seperti merpati atau burung layang-layang setiap hari. Manoj Bhavsar, yang bekerja erat dengan lembaga tersebut mengatakan jika tahun ini adalah yang paling parah.

"Tahun ini adalah salah satu yang terburuk dalam beberapa waktu terakhir," ujar Bhavsar yang telah menyelamatkan burung selama lebih dari satu dekade. "Kami telah melihat peningkatan 10 persen dalam jumlah burung yang perlu diselamatkan."

Pejabat kesehatan di Gujarat telah mengeluarkan imbauan kepada rumah sakit untuk mendirikan bangsal khusus sebagai antisipasi terhadap serangan gelombang panas. Terkait gelombang panas yang melanda, hal itu tak terlepas dari kondisi pemanasan global saat ini, kata para ahli yang mengukur efek perubahan iklim pada cuaca ekstrem pada Rabu (11/5). Hal itu diperparah dengan pembakaran bahan bakar fosil dan perusakan hutan.

Friederike Otto, seorang ilmuwan di Institut Grantham Imperial College London mengatakan kepada AFP bahwa gelombang panas yang mencengkeram Asia Selatan antara Maret dan April adalah peristiwa ekstrem yang paling mematikan. "Tidak ada keraguan bahwa perubahan iklim adalah pengubah permainan besar dalam hal panas yang ekstrem," ujarnya.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait