Pemangkasan Gas Rusia ke Eropa Berpotensi Ancam Keamanan Energi di Asia
pixabay.com/Ilustrasi
Dunia

Melonjaknya harga energi mungkin tidak begitu dirasakan oleh negara-negara berkantong tebal seperti Jepang dan Korea Selatan. Namun berbeda dengan negara-negara berkembang.

WowKeren - Pengurangan aliran gas Rusia ke Eropa turut menjadi perhatian para ahli. Para ahli menilai jika langkah itu akan turut mengganggu stabilitas keamanan energi di Asia.

Sebagaimana diketahui, raksasa energi milik Rusia Gazprom pada Rabu (27/7) telah memotong pasokan gas ke Eropa melalui Nord Stream 1 menjadi hanya 20 persen dari kapasitas pipa.

LNG berjangka di Eropa melonjak sebanyak 10 persen karena berita tersebut. Utilitas di Korea Selatan dan Jepang dilaporkan cemas bahwa Eropa akan menimbun lebih banyak gas saat musim dingin utara mendekat dan bergerak cepat untuk mengamankan sebanyak mungkin kargo LNG.

Kaushal Ramesh, seorang analis gas yang berbasis di Singapura di Rystad Energy, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dampak langsung pemotongan aliran gas akan berdampak pada perebutan pasokan LNG.

"Dampak langsung dari pemotongan Nord Stream akan meningkatkan persaingan untuk kargo LNG yang sangat terbatas," ujarnya. "Kami berharap pembeli Asia yang mampu membelinya – terutama Jepang dan Taiwan – dapat bersaing dengan Eropa."


"Sekarang Eropa mengalami defisit yang dalam dengan langkah perubahan permintaan LNG, sehingga mereka bersaing dengan Asia," lanjut Ramesh. "Selama Eropa defisit, peristiwa di sana akan terus mempengaruhi harga LNG Asia."

Melonjaknya harga energi mungkin tidak begitu dirasakan oleh negara-negara berkantong tebal seperti Jepang dan Korea Selatan. Namun berbeda dengan negara-negara berkembang.

Pakistan telah mengalami pemadaman bergilir lebih dari 12 jam dalam beberapa pekan terakhir ketika pemerintah berjuang untuk mendapatkan lebih banyak gas. Sedangkan di Sri Lanka, stok bensin hampir habis.

Badri Narayanan Gopalakrishnan, seorang ekonom yang berbasis di Delhi, mengatakan kepada Al Jazeera, "Saya tidak berpikir Pakistan akan mengikuti cara Sri Lanka karena sedikit lebih beragam dengan kapasitas domestik yang lebih besar dan relatif kurang bergantung pada impor yang mahal."

"Ini situasi yang sulit," lanjutnya. "Tetapi ekonomi yang lebih miskin biasanya terbiasa memiliki pasokan energi yang lebih rendah karena berbagai alasan."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru