Ketidakstabilan Global Picu Kenaikan Harga Migor di Australia, Bisnis Takeaway Merugi
Pxhere
Dunia

Inflasi akibat Covid, kekeringan di kanada dan berbagai ketidakstabilan global memicu kenaikan harga minyak goreng di Australia. Membuat bisnis takeaway makanan merugi.

WowKeren - Ketidakstabilan global memicu ancaman krisis pangan di berbagai penjuru dunia. Warga Australia, terutama pemilik usaha atau bisnis takeaway kini tengah menderita akibat melonjaknya harga minyak goreng dan kentang yang merupakan dua bahan utama makanan pokok negara itu, fish and chips.

Justin Quinton, pemilik Saltmine Fish and Chips di wilayah Hunter New South Wales, mengatakan bahwa restoran Salamander Bay-nya sebelumnya menggunakan campuran biji kapas, kanola, dan minyak bunga matahari. Namun karena harga minyak goreng mulai melambung, menjadi sulit bagi usaha kecil untuk membeli ketiganya.

"Dulu kami bisa membeli satu barel minyak biji kapas dengan harga sekitar $41, dan pada 18 Juli, harganya naik menjadi $82," ujar Quinton kepada Guardian Australia.

Ketidakstabilan global tersebut diketahui terjadi akibat berbagai hal. Mulai dari perang di Ukraina, kekeringan di Kanada, kelangkaan global dan rekor inflasi yang tinggi, semuanya telah memanaskan harga eceran minyak goreng. Dalam data indeks harga konsumen terbaru, harga minyak goreng mengalami kenaikan sebesar 14% dalam 12 bulan terakhir.

Belinda Clarke, kepala eksekutif Asosiasi Industri Restoran dan Katering Australia, mengatakan harga minyak goreng, di antara kebutuhan pokok dapur lainnya, telah meningkat .


"Apa yang kami lihat adalah efek tertunda dari tekanan inflasi Covid-19 ditambah dengan ketidakstabilan dan perang di luar negeri mulai menghantam kantong pinggul Australia. Industri (perhotelan) telah melalui neraka selama dua tahun terakhir dan sementara kami yakin pada akhirnya akan stabil, kami tidak tahu kapan," ungkapnya, melansir The Guardian.

Covid relatif baik untuk bisnis takeaway seperti Quinton's. Namun Quinton mengatakan lonjakan dramatis dalam harga makanan telah membuat toko makanan itu “jatuh kembali ke bumi”.

“Dulu kami membeli sekantong kentang seharga sekitar $24 dan sekarang menjadi sekitar $41,” ujarnya.

Analis Thomas Elder Markets, Andrew Whitelaw, mengatakan rekor biaya tertinggi semua terkait dengan segala sesuatu yang semakin mahal bagi petani. Whitelaw mengatakan bahwa ketika biaya produksi meningkat, petani harus menaikkan harga untuk menutupi biaya.

“Buruh mahal, bahan kimia mahal, solar mahal, pupuk mahal, dan suku bunga naik. Dan itulah yang mulai kita lihat sekarang. Alternatifnya adalah petani tidak berproduksi,” pungkasnya.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru