Deteksi Tsunami Susulan, BMKG Pasang 6 Seismograf di Gunung Anak Krakatau
Nasional

Dengan enam seismograf, BMKG berharap bisa mendeteksi getaran yang memicu terjadinya longsor lereng Gunung Anak Krakatau.

WowKeren - Terjadinya tsunami di Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam membuat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) harus bekerja lebih keras memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau. Pasalnya, tsunami tersebut terjadi tidak didahului dengan gempa melainkan aktivitas vulkanik.

Untuk mendeteksi adanya tsunami susulan, pihak BMKG kini telah mengepung wilayah Gunung Anak Krakatau dengan enam seismograf. Tiga di antaranya diletakkan di wilayah Banten dan tiga sisanya di Lampung.

Adapun seismograf tersebut berfungsi untuk memantau aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau yang masih signifikan. Aktivitas ini sewaktu-waktu bisa menimbulkan longsor di kawah lereng gunung sehingga memicu terjadinya tsunami.

Dengan memasang seismograf, diharapkan mampu mendeteksi getaran akibat aktivitas vulkanik. Seismograf diatur sedemeikian rupa dan dilengkapi dengan sensor getaran sehingga bisa memberitahu lewat alarm.

“Karena itu dengan seismograf yang dimiliki BMKG,” ucap Rahmat Triyono selaku Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG di Jakarta pada Selasa (25/12). “Dengan mengepung Gunung Anak Krakatau, diharapkan bisa mencatat kalau satu sensor mencatat itu setelah diatur dia akan mengeluarkan alarm.”


Melalui alarm tersebut, BMKG dapat mencari tahu sumbernya jika tiga sensor seismograf mendeteksi getaran yang sama. Dengan mengetahui asal getaran, BMKG bisa menganalisa dan menetukan titik yang berpotensi longsor akibat aktivitas vulkanik.

“Kalau dua minimal tiga kami bisa mengetahui di mana posisi, sumber getaran itu tadi,” sambung Rahmat. “Apalagi kalau enam-enamnya mencatat.”

BMKG akan memberikan peringatan dini jika seismograf mencatat getaran sebesar 3,4-3,5 magnitudo. Hal ini mengingat tsunami yang melanda Selat Sunda belum lama ini salah satunya dipicu oleh getaran dengan kekuatan 3,4 magnitudo.

Namun jika dirasa kondisi sudah aman dalam waktu satu jam, peringatan dini tersebut akan dicabut. Meskipun demikian, belum tentu jika BMKG mengeluarkan peringatan dini itu artinya tsunami akan terjadi.

“Kami harap tidak menimbulkan kepanikan baru. Lebih baik kita berikan warning, syukur-syukur tidak terjadi tsunami,” sambung Rahmat. “Kalau satu jam tidak ada tanda-tanda tsunami kami sampaikan bahwa warning tsunami dinyatakan berakhir.”

Seperti diketahui, getaran sebesar 3,4 magnitudo bukan satu-satunya pemicu gelombang tinggi yang menyapu daratan di sekitar Selat Sunda Sabtu (22/12) lalu. Namun, pemicu tsunami lebih ke longsor yang terjadi di lereng Gunung Anak Krakatau serta didukung oleh cuaca ekstrem.

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terbaru