Ada yang Curiga Penusukan Wiranto Cuma Rekayasa, Ini Kata Pengamat Intelijen
Instagram/wiranto.official
Nasional

Pengamat intelijen, Ngasiman Djoyonegoro, menilai perlu dilakukan literasi yang benar soal bahaya terorisme serta keberadaan dan aktivitas kelompok radikal kepada masyarakat.

WowKeren - Menko Polhukam Wiranto diketahui mengalami luka tusuk di bagian perut usai diserang seorang pria dengan senjata tajam di Pandeglang, Banten, pada Kamis (10/10). Namun, ada sejumlah pihak yang mencurigai insiden penusukan Wiranto tersebut sebagai rekayasa belaka.

Pengamat intelijen, Ngasiman Djoyonegoro, lantas menanggapi kecurigaan tersebut. Menurut pria yang akrab disapa Simon ini, kecurigaan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat belum benar-benar menyadari keberadaan kelompok radikal teroris di Indonesia.

Oleh sebab itu, Simon menilai bahwa perlu dilakukan literasi yang benar soal bahaya terorisme serta keberadaan dan aktivitas kelompok radikal kepada masyarakat. "Kita semua punya kewajiban mengajak masyarakat luas untuk melawan tindakan radikalisme dan terorisme dengan memberikan wawasan edukasi literasi yang benar," ujar Simon dilansir Antara pada Jumat (11/10).

Simon pun lantas menjelaskan bahwa apabila masih ada pihak yang menganggap tindakan teror adalah peristiwa rekayasa, maka anggapan salah tersebut harus diluruskan. Termasuk teror penusukan terhadap Wiranto.


"Kalau ada yang menganggap ini rekayasa, 'play victim', perlu kita luruskan," terang Simon. "Dan beri pemahaman secara utuh tentang bahayanya kelompok ISIS, terutama JAD."

Sebelumnya, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Budi Gunawan, menyebut bahwa pelaku penusukan Wiranto diduga memiliki afiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) cabang Bekasi. Simon pun menilai bahwa sejumlah kelompok radikal memang menganggap Wiranto sebagai Menko Polhukam menjadi penghalang gerakan mereka.

"Kalau kita melihat kelompok-kelompok ini memang menganggap Pak Wiranto selama ini menghalangi gerakan mereka," jelas Simon. "Dengan beliau sebagai Menko Polhukam selaku perwakilan pemerintah selalu memberikan sikap tegas dalam pembubaran ormas HTI dan kelompok radikal."

Selain itu, Simon juga menilai bahwa di kalangan masyarakat memang masih ada yang rentan terpapar terorisme. Dengan demikian, Simon kembali menekankan pentingnya menumbuhkan kesadaran tentang bahaya radikal terorisme. Simon juga menyebut orang-orang yang kembali dari Suriah perlu diawasi secara ketat dan dilakukan deradikalisasi.

"Tidak ada masyarakat yang tidak rentan radikalisme dan terorisme. Terbukti sekitar 1000 rakyat Indonesia berangkat ke Suriah," pungkas Simon. "Saya kira kita semua sedang melawan apa pun bentuk kekerasan, apalagi ini teror."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel