Bukan Bahasa Inggris, Jokowi Justru Pidato Gunakan Bahasa Indonesia di Parlemen Australia
Nasional

Presiden Joko Widodo menghadiri sidang gabungan Parlemen Australia pada Senin (10/2). Dalam kesempatan itu juga Jokowi turut berpidato dengan menggunakan bahasa Indonesia.

WowKeren - Presiden RI Joko Widodo menghadiri sidang gabungan Parlemen Australia pada Senin (10/2). Dalam sidang tersebut, Jokowi pun turut menyampaikan pidatonya.

Namun, pidato Presiden ke-7 RI itu tidak menggunakan bahasa Inggris melainkan disampaikannya dengan bahasa Indonesia. Meski begitu, sidang berjalan dengan lancar, bahkan Perdana Menteri Scott Morrison bahkan mengutip pepatah, "Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing".

Dikutip dari Detikcom, Jokowi tiba di ruang sidang sekitar Pukul 11:35, molor beberapa menit dari jadwal 11:30 waktu setempat. Ia kemudian menempati kursi di sebelah kiri Ketua DPR Tony Smith yang bertindak memimpin rapat.

PM Morrison yang diberi kesempatan terlebih dahulu untuk berpidato, menyambut Presiden Jokowi dengan ucapan dalam Bahasa Indonesia, "Selamat datang". "Presiden Widodo, Anda bersama kami di sini di rumah demokrasi kami sebagai pemimpin dari negara tetangga terpenting dan sebagai sahabat tercinta," ujarnya.

"Tak lama setelah saya jadi Perdana Menteri, dalam kunjungan perdana ke luar negeri, saya mendatangi sekolah dengan murid-murid yang antusias," sambungnya. Ia lantas memutuskan untuk bercerita kepada mereka sebagaimana yang biasa dilakukan para politisi Australia jika berkunjung ke sekolah.


Di Indonesia saat ini tengah memasuki bonus demografi, jumlah anak muda usia 16-30 tahun sebanyak 63 juta atau 24 persen dari total populasi. Jokowi menilai jika kebanyakan dari mereka berwawasan global dan ingin berkolaboarsi untuk berinovasi.

Dalam kesempatan itu pula Jokowi mengusulkan beberapa agenda prioritas menyongsong satu abad kemitraan kedua negara, 30 tahun ke depan. Pertama, memperjuangkan nilai demokrasi, hak asasi manusia, toleransi, dan kemajemukan.

"Stop intoleransi, stop xenophibia, stop radikalisme, dan stop terorisme," paparnya. "Terus kikis politik identitas di negara kita dan di berbagai belahan dunia. Baik itu atas dasar agama, etnisitas, identitas askriptif lainnya."

Kedua, memperkuat prinsip ekonomi terbuka, bebas dan adil. "Itu mengapa saya menyambut baik kesepakatan Indonesia - Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA)," kata Presiden Jokowi.

Ketiga, Indonesia dan Australia harus menjadi jangkar (anchor) mitra pembangunan di Kawasan Pasifik. Terakhir, menjaga pelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan, reboisasi hutan dan daerah hulu sungai, mencegah kebakaran hutan dan lahan, komitmen untuk menurunkan emisi karbon, serta pengembangan energi terbarukan.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait