Jumlah Kasus Corona di Italia Hampir Saingi Tiongkok, Tokoh Penting Ini Disebut Jadi Penyebab Utama
Dunia

Dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, tercatat tingkat kematian akibat COVID-19 di Italia telah melampaui Tiongkok dan kini menjadi yang paling tinggi di dunia.

WowKeren - Italia menjadi negara di Eropa yang memiliki jumlah kasus positif corona (COVID-19) terbanyak. Bahkan hanya dalam kurun waktu kurang dari dua bulan sejak pandemi corona masuk ke Italia pada akhir Januari lalu, tercatat sudah ada 69,176 kasus positif corona di negara tersebut.

Italia sendiri kini menjadi negara kedua setelah Tiongkok yang mencatatkan kasus positif corona terbanyak. Bahkan tingkat kematian akibat COVID-19 di Italia telah melampaui Tiongkok dan menjadi yang paling tinggi di dunia. Menurut data worldometers.info, jumlah korban meningal akibat corona di Italia telah menyentuh angka 6,820, melewati Tiongkok yang melaporkan angka kematian sebanyak 3,281 jiwa.

Lonjakan angka kematian ini terjadi di tengah kebijakan lockdown yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri Giuseppe Conte sejak 9 Maret lalu. Terkait hal ini, sejumlah pakar maupun ahli medis pun menganggap ada sejumlah faktor utama yang membuat jumlah korban terus melonjak meskipun pemerintah sudah melakukan lockdown dan beragam kebijakan lainnya.

Diketahui, warga Italia awalnya terlalu santai menanggapi pandemi ini. Bahkan salah satu praktisi kesehatan asal Tiongkok yang dikirim untuk membantu mengatasi pandemi ini di Italia, Sun Shuopeng, menuturkan masih banyak warga yang tak menuruti aturan karantina dan social distancing, terutama di Milan sebagai area paling terdampak COVID-19.

"Di sini, di Milan, salah satu area paling terdampak wabah Covid-19, penerapan kebijakan lockdown sangat longgar. Aku bisa melihat transportasi publik beroperasi, orang-orang masih bepergian, berkumpul di hotel, dan mereka tidak menggunakan masker sama sekali," tutur Shoupeng, dilansir South China Morning Post pada Rabu (25/3).


Usut punya usut, sikap abai warga Italia soal aturan karantina serta social distancing ini rupanya dipengaruhi oleh salah satu tokoh penting di negara tersebut, yaitu Pemimpin Partai Demokrat Nicola Zingaretti. Menurut laporan New York Times, Zingaretti bahkan pernah mengimbau warganya untuk tidak berlebihan menanggapi wabah COVID-19 melalui akun media sosial pribadinya.

Dalam unggahan itu, Zingaretti bahkan mendesak warga Italia untuk tidak mengubah kebiasaan dan tetap beraktifitas seperti biasanya. Namun berselang sepuluh hari kemudian, Nicola Zingaretii mengunggah sebuah video berisikan pernyataan bahwa dia didiagnosis virus corona.

Selain itu, faktor-faktor lainnya yang mendukung "pembeludakan" jumlah warga terpapar corona ini adalah keterbatasan pemeriksaan medis, serta populasi lansia yang cukup tinggi. Tercatat, sebanyak 23 persen dari total populasi Italia adalah lansia yang berumur lebih dari 65 tahun.

Bahkan berdasarkan laporan terbaru Institut Kesehatan Nasional Italia (ISS), sekitar 85,6 persen dari jumlah pasien corona yang meninggal berusia di atas 70 tahun. "Kami memiliki banyak orang lansia, orang-orang ini menjadi lebih rapuh terpapar Covid-19 dibandingkan rentang usia lainnya," kata Kepala Unit Penyakit Menular Rumah Sakit Sacco di Milan, Massimo Galli.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait