Penderita Obesitas Berisiko Tinggi Terinfeksi Corona, Apa Benar?
Nasional

Seorang ahli epidemologi Prancis Profesor Jean-Francois Delfraissy menyebut jika virus corona juga menyerang anak muda, terutama mereka yang kelebihan berat badan.

WowKeren - Seorang ahli epidemologi Prancis Profesor Jean-Francois Delfraissy berbicara mengenai AS yang menurutnya sangat rentan terhadap kasus corona mengingat tingginya tingkat obesitas di sana.

Ia mengingatkan kepada pemerintah Prancis terkait risiko corona di negara itu. Sebanyak 17 dari 67 juta jiwa warga Prancis, menghadapi risiko serius dari corona karena usia, riwayat penyakit yang diderita, hingga obesitas.

Virus ini sendiri tak pandang bulu menyerang siapa saja. Tak hanya orang tua, pemuda pun juga tak kebal terhadap virus ini, terutama mereka yang memiliki berat badan lebih.

"Virus ini mengerikan, dapat menyerang orang muda, khususnya anak muda yang kelebihan berat badan," kata Jean kepada radio setempat seperti dilansir Reuters, Kamis (9/4). "Mereka yang kelebihan berat badan benar-benar perlu berhati-hati."


Oleh sebab itu, ia mengingatkan tentang keterkaitan antara obesitas dan risiko terinfeksi corona, terutama di Amerika. "Itulah sebabnya kita khawatir tentang teman-teman kita di Amerika, di mana masalah obesitas diketahui dan di mana mereka mungkin memiliki masalah paling besar karena obesitas," lanjut Jean.

Amerika Serikat mencatat kasus corona (COVID-19) terbanyak di dunia. Dilansir dari worldometers, jumlah kasus positif corona di negara itu mencapai 434,698 dengan angka kematian sebesar 14.787.

Lebih jauh, ia menyebut jika sebagian besar, pasien yang terinfeksi corona (sekitar 88 persen) hanya memperlihatkan gejala mirip flu biasa. Sedangkan risiko kematian untuk pasien berusia muda dengan gangguan pernapasan COVID-19 yang parah adalah sebesar 2 persen.

Sementara itu, Prancis sendiri mencatat lebih dari 100 ribu kasus corona hingga kini. Pemerintah pun telah mengambil kebijakan lockdown sejak 17 Maret lalu.

"Data awal menunjukkan bahwa jumlah orang yang mungkin telah mengembangkan kekebalan lebih rendah dari yang kita bayangkan, sekitar 10-15 persen," kata Jean yang juga merupakan spesialis penyakit menular. Oleh sebab itu, ia menilai terlalu terburu-buru jika Prancis akan mengakhiri lockdown, yang mana direncanakan akan selesai pada 15 April mendatang.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru