Bukan Cuma Pernapasan, Virus Corona Ternyata Juga Rusak Otak dan Sistem Saraf
Getty Images
Health

Para peneliti di Wuhan, Tiongkok mengaku mendapati sejumlah dampak mengerikan yang dialami oleh para pasien COVID-19, yakni soal virus Corona yang turut merusak otak dan sistem saraf penderitanya.

WowKeren - Seperti diketahui, virus Corona menjadi penyakit dengan menginfeksi saluran pernapsan manusia. Namun baru-baru ini sebuah studi di Wuhan, Tiongkok menunjukkan adanya dampak buruk lain dan mengerikan yang ditimbulkan dari infeksi virus Corona. Apakah itu?

Dalam studi yang dipublikasikan lewat jurnal JAMA Neurology itu, pasien-pasien positif COVID-19 di Wuhan ternyata juga mengalami kerusakan otak dan sistem saraf. Biasanya mereka mengalami gejala sakit kepala, bicara tidak jelas, nyeri saraf, bahkan sampai ada yang mengalami kejang.

Ahli saraf dalam studi tersebut menemukan sebagian dari 214 pasien COVID-19 di Wuhan pada rentang pertengahan Januari sampai Februari 2020 mengalami sejumlah masalah pada otak mereka. Bahkan gejala-gejala yang dialami terkait kerusakan otak ini bisa menimbulkan risiko lebih tinggi.

Salah satu peneliti, Bo Hu dari Universitas Sains dan Teknologi Huazhong menyatakan ada sejumlah gejala neurologis seperti pusing, sakit kepala, gangguan kesadaran, penyakit serebrovaskular akut, ataksia, dan kejang yang dialami oleh para pasien tersebut. Selain itu ada pula gejala gangguan sistem saraf lain seperti gangguan pada indera perasa, penciuman, penglihatan, sampai nyeri saraf.


Semua pasien itu dirawat di salah satu dari tiga pusat perawatan khusus di Rumah Sakit Union universitas tersebut. "Secara keseluruhan, 78 pasien (36,4 persen) memiliki manifestasi neurologis," tulis para peneliti lewat jurnal penelitian tersebut.

Gejala gangguan sistem saraf ini pun ditunjukkan pada pasien dengan kondisi tertentu. Seperti misalnya dipengaruhi oleh usia, sampai memiliki gangguan mendasar dan bawaan seperti hipertensi.

"Dibandingkan dengan pasien dengan infeksi non-parah, pasien dengan infeksi parah adalah lebih tua, memiliki lebih banyak gangguan mendasar, terutama hipertensi," tutur mereka. "Dan menunjukkan lebih sedikit gejala khas virus Corona COVID-19, seperti demam dan batuk."

Berbagai penelitian memang terus diadakan oleh para pakar demi menuntaskan wabah virus Corona. Tak hanya perihal obat untuk mengatasinya, gejala klinis untuk membedakan penyakit COVID-19 dengan infeksi lain pun turut diteliti.

Seperti yang terbaru adalah terkait sensasi tersengat listrik yang diakui oleh sejumlah pasien positif COVID-19. Namun demikian, para ahli di Amerika Serikat belum bisa memberikan penjelasan ilmiah mendetail soal sensasi tersebut, selain berkaitan dengan demam tinggi yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru