Pekerja Imigran Diduga Sebagai Penyebab Kasus Corona di Singapura Meningkat, Ini Penjelasannya
EPA
Dunia

Sempat dipuji sebagai negara yang berhasil menekan penyebaran virus COVID-19, kini Singapura mengalami lonjakan kasus yang cukup besar. Diduga hal ini disebabkan oleh para pekerja imigran, benarkah?

WowKeren - Kasus positif virus corona di Singapura kembali melonjak pada Minggu (19/4) kemarin. Menurut data John Hopkins University tercatat ada total 5.992 kasus.

Memang angka yang terbilang kecil apabila dibandingkan dengan Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa yang mengungkap kasus hingga ratusan ribu dengan angka kematian mencapai puluhan ribu. Namun, lonjakan tersebut dinilai mengkhawatirkan lantaran penduduk Negeri Singa itu hanya berjumlah 5,7 juta jiwa.

Secara geografis, luas wilayah Singapura tidak lebih besar dari New York. Singapura juga hanya memiliki perbatasan darat dengan satu negara, yaitu Malaysia.

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong meminta pihaknya untuk menjaga pergerakan individu keluar masuk negaranya dan mengendalikan pandemi. Dikutip dari CNN, sejumlah ahli mengatakan sebetulnya bisa saja menekan penularan corona tanpa menerapkan lockdown.

Tetapi, hal itu harus dibarengi dengan kebijakan pemerintah mencegah virus masuk dari luar negeri. Pemerintah juga harus cepat mendeteksi dan menangani setiap kemunculan kasus corona baru.


Jika langkah-langkah tersebut gaagl dilakukan, maka penularan virus COVID-19 akan terjadi lebih cepat dibandingkan dengan negara yang melakukan lockdown. Para ahli berpendapat lonjakan kasus virus corona yang sangat signifikan di Singapura terjadi akibat pemerintah setempat kebobolan dengan mengabaikan sejumlah wilayah yang kini menjadi salah satu titik penularan virus, seperti asrama pekerja migran.

Diketahui, banyak kasus corona yang ditemukan terkait para pekerja migran di Singapura. Sebagian besar dari mereka banyak yang terjebak karantina di asrama-asrama lantaran majikan dan proyek-proyek terhenti selama penyebaran wabah corona.

Padahal, Singapura pada awal wabah virus corona sempat mendapatkan pujian sebagai negara paling sukses yang menekan penyebaran virus mematikan tersebut. Meski begitu, masih belum jelas apakah kasus corona yang melibatkan pekerja migran di Singapura itu berasal dari luar negeri atau terjadi karena masih banyak kelompok masyarakat yang belum diperiksa COVID-19.

Namun, kebanyakan pekerja migran di Singapura tinggal di asrama-asrama dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Seperti satu kamar yang dihuni oleh 6 hingga 12 orang, sehingga sulit untuk menerapkan kebijakan jaga jarak atau social distancing di asrama-asrama tersebut.

"Asrama-asrama pekerja migran itu seperti bom waktu yang menunggu meledak. Cara Singapura memperlakukan pekerja migran, seperti bukan negara maju tapi negara dunia ketiga," kata Tommy Koh, seorang pengacara dan mantan diplomat Singapura dalam unggahannya di Facebook. "Mereka (pekerja migran) tinggal di asrama yang penuh sesak dan dikemas seperti ikan sarden di mana 12 orang pekerja migran dalam satu kamar."

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait