Usai Klorokuin, Kini Warga AS Serbu Obat Maag Untuk Tangani Corona
Dunia

Para peneliti tengah menguji coba manfaat famotidine yang merupakan obat sakit maag untuk menangani pasien corona yang kritis. Sayangnya, sebelum hasil yang kredibel keluar, warga AS sudah lebih dulu memborong obat tersebut.

WowKeren - Obat untuk menyembuhkan virus corona masih belum ditemukan. Para peneliti dari seluruh dunia pun berpacu dengan waktu untuk menemukannya.

Tak sedikit dari para ilmuwan yang juga melakukan penelitian terhadap obat-obat penyakit lain yang siapa tahu bisa digunakan untuk meredakan dan menghilangkan virus COVID-19. Salah satunya seperti famotidine yang merupakan obat sakit maag yang tengah diuji untuk pengobatan virus corona.

Meski belum terbukti manfaatnya untuk penanganan virus corona, obat maag ini rupanya telah diburu oleh warga Amerika Serikat. Dikutip dari Business Insider, famotidine, antasid dan antihistamin memiliki bahan aktif anti mulas yang sedang diteliti dan dipelajari sebagai kemungkinan pengobatan COVID-19. Uji coba ini dilakukan para peneliti di Northwell Health di wilayah kota New York.

Salah satu peneliti, Dr. Kevin Tracey mengatakan beberapa jenis obat ini telah mulai kehabisan stok akibat banyak orang yang menimbun obat-obat anti mulas tersebut. "Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah famotidine akan berguna dalam pengobatan pasien yang terinfeksi virus corona," kata Dr. Tracey.

Bahkan apabila beberapa manfaat ditemukan, pasien dalam penelitian ini akan diberi dosis yang sangat tinggi secara intravena. Ini jauh lebih banyak ketimbang dosis yang biasa dikonsumsi oleh orang yang sakit maag.

Majalah Science melaporkan, para peneliti sedang berusaha menjaga penelitian terhadap obat-obatan yang mungkin bisa dijadikan pengobatan pasien COVID-19 dengan sangat hati-hati. "Jika kita membicarakan hal ini kepada orang yang salah atau terlalu cepat, pasokan obat akan hilang," kata Dr. Tracey.


Manfaat yang mungkin ada pada obat mag seperti famotidine tidak berbeda dengan yang sempat terjadi di awal tahun ini, yakni saat pil anti malaria, klorokuin, disebut dapat mengobati virus corona.

Hingga saat ini, masih belum ada data klinis peer-review yang menunjukkan obat generik lama tersebut bisa bekerja untuk melawan virus yang menyerang saluran pernapasan tersebut. Termasuk hydroxychloroquine saat ini yang masih digunakan oleh beberapa orang untuk mengobati penyakit Lupus dan kondisi lainnya.

Sementara itu, para peneliti di rumah sakit New York telah diam-diam menguji apakah obat mulas yang umum dapat membantu pasien COVID-19 yang kritis. Para peneliti berafiliasi dengan Feinstein Institutes for Medical Research itu hingga kini masih melakukan uji klinis untuk melihat manfaat famotidine dengan dosis tinggi dapat membantu pasien yang terinfeksi virus corona yang parah dapat bertahan hidup.

Peneliti menguji famotidine dengan dosis, 9 kali lipat dari jumlah obat yang biasa dikonsumsi orang untuk mengobati mulasnya, dengan intravena selama tujuh hingga 10 hari. Pasien dalam penelitian ini juga mendapatkan hydroxychloroquine, pil malaria yang sedang dievaluasi untuk melihat apakah juga dapat mengobati infeksi virus corona.

Uji coba ini dimulai pada awal April lalu dan dilakukan secara diam-diam. Hal ini untuk memastikan para peneliti memiliki cukup famotidine untuk menyelesaikan uji coba, yang akan mencakup 1.200 pasien.

"Kami tidak ingin persediaan famotidine ini habis saat digunakan selama uji klinis dalam studi Covid-19, atau untuk penggunaan bagi pasien dengan kebutuhan medis serius," ujar Dr. Tracey yang juga CEO Feinstein Institutes for Medical Research.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru