Pemerintah Gencar Kenalkan Skenario 'New Normal', Pakar Ungkap Kelemahan Besar Ini
Nasional

'New Normal' menjadi kebijakan baru pemerintah untuk mengatasi wabah virus Corona di Indonesia. Namun rupanya ada 1 celah besar yang berpotensi menyebabkan penerapan 'New Normal' jadi salah kaprah.

WowKeren - Pemerintah memperkenalkan gaya hidup baru bertajuk "New Normal" di tengah wabah virus Corona. Lewat "New Normal", pemerintah mengajak masyarakat untuk hidup berdamai dengan virus Corona.

Bersamaan dengan penerapan "New Normal", sejumlah kebijakan turut diterapkan. Termasuk diantaranya "pelonggaran" pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sehingga mengizinkan sejumlah fasilitas publik seperti pusat perbelanjaan kembali dibuka seperti biasa.

Menanggapi hal tersebut, pakar sosiolog dari Universitas Indonesia, Ida Ruwaida pun angkat bicara. Menurutnya penerapan "New Normal" akan sulit dilakukan di Indonesia karena ada satu kelemahan besar, yakni pemahaman masyarakat yang masih kurang.

Alih-alih menjalani tatanan hidup baru seperti yang diinginkan pemerintah, bisa jadi justru implementasi "New Normal" ini dimaksudkan sebagai kembalinya gaya hidup lawas mereka sebelum terjadi pandemi. Bila diteruskan, maka hal ini berpotensi menimbulkan ledakan kasus positif.

"Kembalinya fenomena padatnya di bandara, pasar dan mungkin sebentar lagi jalan raya di Jakarta mulai macet," kata Ida, Rabu (20/5). "Menurut saya sangat jelas menunjukkan bahwa pandemi tidak atau belum menstimuli pola hidup baru, atau new normal."


"(Khawatir) yang terjadi adalah kembalinya normalitas sebelum pandemi. Kalau pun ada new normal, sangat terbatas di area-area merah penyebaran COVID-19," imbuhnya, seperti dikutip dari Kompas.

Ida menuturkan, masyarakat Indonesia masih memerlukan adaptasi dan pencarian bentuk yang sesuai untuk bisa menerapkan "New Normal". Di sinilah peran pemerintah yang harus bersinergi dengan masyarakat sangat diperlukan.

Harapannya dengan ada kerjasama yang baik antara pemerintah dan kelompok masyarakat, tatanan hidup baru yang diidamkan itu bisa tercapai. Sehingga dapat mengantisipasi situasi dan kondisi dunia baru pascapandemi COVID-19.

"Dunia baru seperti apa? Bagaimana tatanan ekonomi ke depan? Bagaimana tatanan sosial ketika pembatasan jarak fisik menjadi bagian kehidupan? Bagaimana tatanan budaya kita?" ujar Ida.

"Misalnya masker dan tidak berjabat tangan menjadi sebuah aturan sosial dan sebagainya, itu kompleks," pungkasnya. "Setidaknya perilaku hidup bersih dan sehat, juga lingkungan yang bersih dan sehat, jaga jarak, masker, cuci tangan, akan menjadi bagian dari pola hidup baru."

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait