Brasil Tetap Gunakan Hidroksiklorokuin Sebagai Obat Corona Meski Dilarang WHO
AP
Dunia

Keputusan Brasil ini bertentangan dengan pengumuman WHO yang menghentikan pengujian terhadap hydrxychloroquine sebagai pengobatan virus corona karena dianggap mampu meningkatkan risiko kematian.

WowKeren - Menteri Kesehatan Brasil mengatakan bahwa mereka tak akan mencabut rekomendasi hydroxychloroquine sebagai obat virus corona (COVID-19). Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menghentikan uji coba obat malaria tersebut akibat dianggap mampu meningkatkan risiko kematian pada pasien corona.

"Kami tetap tenang dan tidak akan ada perubahan," tutur pejabat kementerian kesehatan Mayra Pinheiro pada konferensi pers yang digelar Senin (25/5) waktu setempat, kala menerangkan perihal pedoman penanggulangan virus corona di Brasil.

Pedoman tersebut merekomendasikan dokter dalam sistem kesehatan masyarakat untuk meresepkan chloroquine atau hydroxychloroquine dari timbulnya gejala COVID-19.

Dikutip dari The Jakarta Post pada Rabu (27/5), Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengklaim bahwa obat malaria hydroxychloroquine memberikan sejumlah manfaat untuk mencegah corona. Bolsonaro juga mengatakan bahwa obat malaria lainnya, chloroquine, memiliki manfaat yang sama dan merekomendasikannya pada pasien COVID-19.


Keputusan pemerintah Brasil ini bertentangan dengan pengumuman WHO yang secara resmi menghentikan pengujian terhadap hydrxychloroquine sebagai pengobatan virus corona karena kekhawatiran atas keselamatan pasien.

Penghentian itu terjadi setelah studi medis baru-baru ini mengatakan obat itu dapat meningkatkan risiko pasien meninggal akibat COVID-19. Pada pekan lalu, kajian yang dimuat jurnal ilmiah, Lancet, menyebutkan penanganan para pasien COVID-19 dengan obat antimalaria hydroxychloroquine sama sekali tidak ada manfaatnya. Kemudian pada Senin (25/5), WHO mengatakan hydroxychloroquine akan dihapus dari uji coba tersebut sambil menunggu penilaian terhadap aspek keamanan.

Hydroxychloroquine diklaim aman bagi pasien malaria, serta pasien lupus atau arthritis, namun tidak ada uji klinis yang merekomendasikan hidroksiklorokuin bagi pasien yang terjangkit virus corona. Kajian terbaru melibatkan 96 ribu pasien COVID-19. Dari jumlah itu, hampir 15 ribu di antara mereka diberikan hydroxychloroquine, baik sebagai obat tunggal maupun dengan didampingi antibiotik.

Hasil kajian menyebutkan bahwa para pasien yang meninggal di rumah sakit dan mengalami komplikasi detak jantung adalah mereka yang mengonsumsi hydroxychloroquine. Tingkat kematian antara kelompok pasien COVID-19 sebagai berikut: hydroxychloroquine 18%; chloroquine 16,4%, pasien-pasien yang tidak mengonsumsi hydroxychloroquine dan chloroquine 9%.

Adapun pasien yang diberikan hydroxychloroquine atau chloroquine yang digabungkan dengan antibiotik, tingkat kematian mereka bahkan lebih tinggi. Para peneliti mewanti-wanti bahwa hydroxychloroquine sebaiknya tidak diberikan di luar uji klinis.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru