Kematian Akibat COVID-19 di AS Diprediksi Bisa Tembus 200 Ribu Jiwa pada September
Reuters
Dunia

Peneliti mengatakan bahwa jumlah kematian akibat COVID-19 akan terus meningkat, terlebih lagi dengan adanya pelonggaran lockdown yang terus dilakukan beberapa negara bagian AS.

WowKeren - Peneliti dari Health Institute Harvard memperkirakan jumlah kematian akibat virus corona (COVID-19) di Amerika Serikat mungkin bisa mencapai 200 ribu jiwa pada bulan September mendatang.

"Bahkan jika kita tidak memiliki kasus yang meningkat, bahkan jika kita menjaga keadaan tetap datar, masuk akal untuk berharap bahwa kita akan mencapai 200 ribu kematian sekitar bulan September," tutur Kepala Global Health Institute Harvard, Ashish Jha.

Dalam keterangannya, Jha juga mengatakan bahwa jumlah kematian akan terus meningkat, terlebih lagi dengan adanya pelonggaran lockdown yang terus dilakukan beberapa negara bagian. Padahal, jumlah kasus di negara ini telah mencapai angka 2 juta. "Dan itu baru sampai September. Pandemi tidak akan berakhir pada bulan September," ujar Jha menambahkan.

Hingga saat ini, tingkat orang yang melakukan tes corona di AS tetap pada 5 persen atau lebih rendah selama setidaknya 14 hari. Selain itu sejumlah wilayah seperti New Mexico, Utah, dan Arizona masing-masing melaporkan jumlah kasus meningkat sebesar 40 persen per pekan pada minggu ini. Wilayah Florida dan Arkansas juga menjadi titik pusat penyebaran virus pula.

Kondisi ini menyebabkan kekhawatiran besar di antara Jha dan para ahli lainnya yang mengatakan pihak berwenang melonggarkan pembatasan terlalu dini. Jha mengatakan, hal tersebut dapat dicegah dengan meningkatkan pengujian dan pelacakan kontak, jarak sosial yang ketat, dan penggunaan masker yang tersebar luas.


Sementara itu, sebelumnya Ahli Bedah Amerika Serikat, Jerome Adams, telah memperingatkan ancaman gelombang dua pandemi virus corona akibat unjuk rasa massal yang dipicu kematian George Floyd. Jerome Adams menyebut bahwa gerakan demonstrasi ini membuat ribuan orang yang turun ke jalan berpotensi terpapar virus corona.

"Saya khawatir terhadap konsekuensi kesehatan masyarakat, baik individu dan institusi serta orang-orang yang protes dengan cara yang berbahaya bagi diri mereka sendiri dan bagi kelompok mereka," kata Adams.

Demo anti-rasisme yang bertentangan dengan imbauan jaga jarak fisik ini berpotensi menjadi klaster baru penularan COVID-19. "Berdasarkan cara penyebaran penyakit, selalu ada alasan terjadi klaster baru dan potensi wabah baru," ujarnya menambahkan.

Adams mengatakan potensi peningkatan jumlah infeksi juga akan terus terjadi mengingat ribuan warga terlihat tetap berkerumun di sejumlah Pantai Barat. Sebelumnya, sejumlah pakar medis juga merasa khawatir orang tanpa gejala bisa menularkan virus ketika banyak orang berdekatan sambil teriak dan tak menggunakan masker. Apalagi demonstrasi ini berlangsung di puluhan kota dan negara bagian di AS.

Sejauh ini, AS sendiri telah mencatatkan lebih dari 2 juta kasus COVID-19 dengan angka kematian melampaui 113 ribu jiwa. Sebanyak 773 ribu pasien dinyatakan sembuh, sedangkan kasus aktif mencapai 1,140,261 jiwa.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait