Rupiah Langsung 'Babak Belur' Usai Kasus Corona Di Indonesia dan AS Tembus Rekor
Nasional

Kasus virus corona (COVID-19) di Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sama-sama menembus rekor tertinggi. Rupiah ikut terkena imbasnya dan langsung ‘babak belur’.

WowKeren - Kasus virus corona di Indonesia dan Amerika Serikat (AS) rupanya sama-sama mencatatkan rekor tertinggi pada Kamis (9/7) kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun langsung ikut terkena dampaknya.

AS baru saja mencatatkan jumlah pasien 64.771 orang dalam sehari dimana itu merupakan rekor tertinggi Negeri Paman Sam sejak melaporkan kasus pertama pada 21 Januari lalu. Total kasus virus corona di AS saat ini 3.047.671 orang.

Situasi serupa juga terjadi di Indonesia dimana mengalami kenaikan sebesar 3,9 persen atau 2.657 orang dalam sehari. Akibatnya, jumlah pasien positif corona di Indonesia langsung melesat menjadi 70.736 orang.

Situasi tersebut membuat harga rupiah langsung melemah, yakni sebesar Rp14.325 per US$ 1 saat pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,17 persen di hadapan dolar AS. Ini membuat rupiah menguat selama empat hari perdagangan beruntun. Dalam empat hari tersebut, penguatan rupiah tercatat 0,86 persen.


Rupanya menguatnya rupiah tersebut yang tanpa henti membuat investor membutuhkan ruang untuk mencairkan keuntungan. Hal ini menyebabkan rupiah akan terpapar tekanan jual dan butuh ‘rehat’ sejenak untuk konsolidasi.

Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup melemah signifikan. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpangkas 1,39 persen dan S&P 500 turun 0,56 persen.

Ternyata pandemi virus corona menjadi penghambat laju bullish di pasar keuangan global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona di seluruh dunia adalah 11.874.226 orang. Bertambah 204.967 orang (1,76 persen) dibandingkan hari sebelumnya.

Optimisme bahwa masyarakat bisa hidup new normal di tengah pandemi kembali diragukan akibat lonjakan kasus tersebut. Perkembangan ini membuat investor ragu untuk masuk ke aset-aset berisiko, apalagi di negara berkembang seperti Indonesia. Akibatnya, rupiah kekurangan 'darah' sehingga bergerak melemah.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait