Jenazah Sapardi Djoko Damono Akan Dimakamkan di Pemakaman Giritama Bogor, Pelayat Dibatasi
Selebriti

Penulis Tatyana Soebianto dan pelantun musikalisasi puisi Reda Gaudiamo meminta agar para pelayat tidak hadir di pemakaman, lantaran mempertimbangkan kondisi pandemi virus corona.

WowKeren - Sastrawan kondang Tanah Air, Sapardi Djoko Damono, meninggal dunia pada Minggu (19/7) dalam usianya yang ke-80 tahun. Jenazah penyair legendaris tersebut akan dimakamkan di Taman Pemakaman Giritama, Giri Tonjong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Minggu sore usai ibadah salat ashar.

Sebelum dimakamkan, jenazah akan disemayamkan di Kompleks Dosen UI Ciputat Jalan H. Juanda No. 113, Tangerang Selatan. Kabar ini dibagikan oleh penulis Tatyana Soebianto dan pelantun musikalisasi puisi Reda Gaudiamo. Keduanya memastikan ikut berpartisipasi dalam prosesi pemakaman almarhum.

Kendati demikian, keduanya meminta agar para pelayat tidak hadir di pemakaman. Hal ini mempertimbangkan kondisi pandemi virus corona atau COVID-19 yang masih berlangsung.

"Dengan segala hormat pelayat tidak diperkenankan mengantar atau hadir di pemakaman, sesuai protokol kesehatan dari pemerintah serta persyaratan dari pihak pemakaman," ungkap keduanya dalam pesan singkat kepada awak media, sebagaimana dilansir dari CNN.


Di sisi lain, sastrawan kebanggaan Indonesia tersebut meninggal dunia di Rumah Sakit Eka BSD. Sebelumnya, mendiang Sapardi dirawat lantaran menurunnya fungsi organ tubuh. Sonya Sondakh selaku kerabat Sapardi menyebut penyebab kematian sang maestro adalah karena faktor usia yang membuat fungsi organ menurun dan infeksi berat.

Pria kelahiran 20 Maret 1940 itu adalah salah satu sastrawan besar milik Indonesia yang telah berkreasi sejak remaja. Di usia 17 tahun, sajak yang ia ciptakan bahkan sudah menjadi sajak wajib di pertemuan Kesenian Nasional Indonesia sampai tiga kali.

Sapardi dikenal dengan tulisan-tulisannya yang sederhana namun mengandung makna yang mendalam. Butuh berapa kali pengulangan untuk bisa memahami kata-kata sang maestro walaupun sebenarnya ia bilang bahwa puisi bukan untuk dipahami, tapi dihayati.

Dalam puisinya, Sapardi kerap menggunakan nuansa alam untuk menghidupkan kata demi kata. Hujan, daun, bunga, pagi, malam, adalah sejumlah kata yang kerap menginspirasinya.

Penyair angkatan 1970-an ini telah menghasilkan banyak karya puisi hingga cerpen. Beberapa karya Sapardi Djoko Damono yang terkenal adalah puisi "Aku Ingin, "Hujan Bulan Juni", "Yang Fana Adalah Waktu", dan "Pada Suatu Hari Nanti".

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terbaru