Sudah 100 Dokter Meninggal Gara-Gara COVID-19, IDI Beri Saran Begini
Nasional

IDI mencatat sampai Minggu (30/8) kemarin ada 100 dokter yang meninggal karena terjangkit COVID-19. IDI pun mengimbau semua pihak bekerja sama menghentikan krisis ini.

WowKeren - Tenaga medis menjadi salah satu komponen masyarakat yang sangat rentan tertular COVID-19. Bahkan kekinian dilaporkan sudah ada 100 dokter yang meninggal karena terinfeksi virus SARS-CoV-2, berdasarkan data yang dihimpun sampai Minggu (30/8).

"IDI mencatat dokter yg meninggal dunia dengan COVID-19 sudah genap seratus orang," kata Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Halik Malik, Senin (31/8). "Mari mendoakan tempat kembali yang terbaik bagi almarhum dan almarhumah."

Sudah 100 Dokter Meninggal Gara-Gara COVID-19, IDI Beri Saran Begini

Twitter

Atas catatan inilah, IDI kemudian mengimbau seluruh rumah sakit untuk rutin melakukan pemeriksaan dengan PCR kepada tenaga kesehatan. Sebab sehari-harinya para tenaga medis berhadapan langsung dengan pasien positif COVID-19, meskipun sudah dibekali dengan perlindungan maksimal menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap.

"Kami mendorong rumah sakit melakukan pemeriksaan rutin PCR kepada petugas kesehatan," jelas Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Daeng M Fiqih, seperti dikutip dari Health Liputan6.com. "Memang sudah ada beberapa rumah sakit yang melakukannya. Contohnya yang saya tahu persis itu RS Wisma Atlet Kemayoran Jakarta."


"Tapi masih banyak rumah sakit lain yang belum melakukan pemeriksaan rutin PCR," imbuhnya. "Ini yang perlu kita bantu bersama. Kalau pemeriksaan rutin dilakukan, maka ada satu tenaga kesehatan yang positif COVID-19 itu langsung bisa dilokalisir (isolasi/karantina)."

Harapannya upaya ini bisa mengurangi potensi penularan COVID-19 di antara rekan sesama tenaga medis. Dan akan jauh lebih baik bila tes PCR ini ditujukan bagi semua tenaga kesehatan tanpa terkecuali, baik yang sehari-hari bertugas di ruang isolasi atau perawatan maupun yang tidak.

"Untuk pemeriksaan rutin PCR ya buat seluruh petugas kesehatan yang ada di rumah sakit," terangnya. "Ya, memang prioritasnya untuk yang menangani langsung pasien COVID-19. Tapi tidak menutup kemungkinan ada pasien yang datang ke rumah sakit mungkin dia sudah terinfeksi karena dia termasuk Orang Tanpa Gejala."

"Sebenarnya awalnya pasien bukan meminta perawatan COVID-19, tapi perawatan yang lain. Nah, karena rupanya dia OTG, misalnya, jadi berpotensi menularkan COVID-19 kepada petugas kesehatan. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus rutin diperiksa," pungkasnya.

Daeng berharap imbauan ini bisa segera dilaksanakan di semua fasilitas kesehatan. Sebab bila sampai banyak rumah sakit ditutup karena tenaga medisnya tidak mampu bertugas, penanganan COVID-19 akan semakin berantakan.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait