Heboh 'Prank' Positif Corona Hasil Tes Swab BIN, Begini Klarifikasinya
Nasional

Hasil tes swab oleh BIN disebut-sebut tidak akurat, seperti dinyatakan positif namun nyatanya negatif ketika diuji di faskes lain. BIN pun memberikan klarifikasi terkait hasil positif palsu ini.

WowKeren - Saat ini Badan Intelijen Negara (BIN) sedang menjadi sorotan nasional. Pasalnya hasil tes swab yang didapat dari fasilitas mobil PCR milik mereka menunjukkan positif palsu, alias sebenarnya negatif namun dinyatakan terinfeksi virus Corona.

Seperti misalnya 16 personel Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang dinyatakan positif pada 21 Juli 2020 silam. "Semuanya negatif dan hasil tes darahnya juga bagus," jelas salah seorang personel LAN yang kemudian menjalani tes swab ulang di RSPAD Gatot Soebroto untuk memastikan keabsahan hasil uji dari BIN.

Hasil positif palsu ini pun membuat BIN menjadi sorotan banyak pihak. Menanggapinya, Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto menyatakan positif palsu ini didapat lantaran pihaknya menetapkan ambang batas standar hasil yang lebih tinggi daripada tes PCR lain.

Hal ini lantaran BIN menggunakan metode Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Selain itu, BIN juga menambahkan tiga jenis gen dalam komponen uji validitasnya serta menaikkan ambang batas di atas standar tes PCR di tempat lain.


"BIN menerapkan ambang batas standar hasil PCR tes yang lebih tinggi dibandingkan institusi atau lembaga lain yang tercermin dari nilai Ct-qPCR. Ambang batas biasa 35 namun untuk mencegah OTG (orang tanpa gejala) lolos screening maka BIN menaikkan menjadi 40," kata Wawan dalam keterangan tertulisnya, Senin (28/9). "Termasuk melakukan uji validitas melalui triangulasi tiga jenis gen yaitu RNP/IC, N, dan ORF1ab."

Oleh karena itu, bukan hal aneh apabila ada hasil "positif palsu" dari tes PCR BIN. Apalagi memang OTG COVID-19 kerap kali memberikan hasil berbeda ketika dites PCR.

Perbedaan ini juga bisa disebabkan oleh bias pre-analitik alias ditentukan oleh prosedur pengambilan sampel yang dilakukan dua orang berbeda dengan kualitas pelatihan, standar operasional prosedur (SOP), dan laboratorium berbeda. Dengan demikian, bisa saja sampel tes usap yang terambil kebetulan tak mengandung virus Corona atau malah terkontaminasi.

Selain itu, sensitivitas reagen juga memengaruhi hasil tes usap. BIN saat ini menggunakan Perkin Elmer dari Amerika Serikat (AS), A-Star Fortitude dari Singapura, dan Wuhan Easy Diag dari Tiongkok yang memiliki sensitivitas lebih tinggi ketimbang bahan di rumah sakit lain.

"Dengan demikian terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi uji swab, antara lain adalah kondisi peralatan, waktu pengujian, kondisi pasien, dan kualitas test kit," ungkap Wawan, dilansir Kompas. "BIN menjamin kondisi peralatan, metode, dan test kit yang digunakan adalah gold standar dalam pengujian sampel COVID-19. Kasus false negatif dan false positif sendiri telah banyak dilaporkan di berbagai negara seperti AS, Tiongkok, dan Swedia."

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait