RI Masih Ribut Data Meski 9 Bulan Lebih Pandemi, Epidemiolog: Kemarin-Kemarin Ngapain Aja
Nasional

Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia, Masdalina Pane, menilai jika memang ada masalah data maka seharusnya diselesaikan jauh-jauh hari.

WowKeren - Penambahan kasus COVID-19 di Indonesia pada Kamis (3/12) kembali pecah rekor di angka 8.369. Adapun provinsi yang paling tinggi mencatat angka positif adalah Papua, sebesar 1.755.

Terkait hal ini, Jubir Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, menjelaskan jika hingga kini masih ada sejumlah daerah yang memiliki data perkembangan COVID-19 yang berbeda dari pusat. Kondisi inilah yang turut menjadi penyebab adanya lonjakan penambahan kasus yang tercatat.

Pernyataan belum optimalnya pelaporan data COVID-19 yang menyebabkan lonjakan kasus dinilai sebagai argumen yang kurang masuk akal. Pasalnya, pandemi sendiri sudah berlangsung memasuki bulan ke-10 sejak pertama kali menyebar.

Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane, pun mempertanyakan kinerja pemerintah dalam mengendalikan laju penularan virus corona. Dalam hal ini Kementerian Kesehatan dan Satgas COVID-19. Menurutnya, jika memang ada masalah data maka sudah seharusnya hal itu diselesaikan jauh-jauh hari, bahkan semenjak bulan pertama pandemi.


"Masa sudah 10 bulan masih bicara data ya, kalau untuk data itu mestinya bisa diselesaikan sejak bulan pertama pandemi," kata Masdalina dilansir CNN Indonesia, Jumat (4/12). "Kalau sudah 10 bulan masih bicara data itu kan ga masuk akal juga menurut saya. Jadi kemarin-kemarin ngapain aja."

Jika memang pemerintah merasa sistem pendataan perlu diperbaiki maka sudah seharusnya diperbaiki sejak dulu. Menurutnya, cukup menjadi hal yang memalukan jika ketidakoptimalan data berlangsung selama berbulan-bulan.

"Kalau memang pusat merasa masalahnya di data, ya benerin lah," tegas dia. "Masa sudah sekian bulan datanya nggak bener, itu kan malu kita."

Alih-alih data, Masdalina meyakini jika transmisi virus di tengah masyarakat masih masif terjadi. Hal inilah yang membuat penambahan kasus kerap melonjak.

Kalau penyebaran banyak kan kita bisa pakai positivity rate," ujarnya. "Kalau positivity rate lebih dari 5 persen artinya laju penyebaran masih tinggi di masyarakat, kasus 8.369 kemarin bukan cuman (masalah) pencatatan."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru